REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Pertempuran antara militan dan tentara di selatan Filipina belum mereda hingga hari kelima. Militan menyandera lebih dari 100 warga sipil di Zamboanga.
Penduduk sekitar melarikan diri pada Kamis kemarin saat pasukan pemerintah berusaha mengusir militan dari kota. Pertempuran membuat sejumlah rumah terbakar. Kelompok bersenjata yang belum diidentifikasi meluncurkan serangan di kota di Pulau Balilan.
Pemerintah Filipina memperingatkan militan Muslim untuk mengakhiri pertempuran dengan damai secepat mungkin. Juru bicara presiden, Edwin Lacierda mengatakan setiap upaya yang menabur masalah akan dihancurkan.
"Ini waktunya untuk bekerja sama menyelesaikan situasi secara damai secepat mungkin," ujarnya dikutip Al-Jazeera, Jumat (13/9).
Kelompok MNLF menandatangani kesepakatan damai pada 1996 dengan pemerintah. Namun, militan masih memegang senjata dan menuduh pejabat mengingkari janji untuk mengembangkan daerah otonom untuk minoritas Muslim di selatan Filipina.
Kelompok itu mengatakan mereka ditinggalkan dalam negosiasi pemerintah dengan kelompok pejuang lain, Front Pembebasan Islam Moro (MILF), yang memisahkan diri dari MNLF pada awal 1980.