Sabtu 14 Sep 2013 16:30 WIB

Sihir Merebak, Warga India Ketakutan

Red:
Sihir di India
Sihir di India

NEW DEHLI --Meningkatnya praktek sihir hitam atau guna-guna di India memicu keprihatinan warga dan aktifis hukum dan HAM. Mereka mendesak penegak hukum melindungi dan mencegah masyarakat yang tidak bersalah dieksploitasi oleh dukun penipu yang menawarkan pengobatan magis (sihir).

Seruan ini disampaikan menyusul insiden pembunuhan terhadap seorang juru kampanye anti sihir guna-guna,  Narendra Dabholkar yang ditembak mati oleh orang tidak dikenal di Kota Pune, di propinsi Maharashtra bulan lalu.

Kejahatan ini – semakin menegaskan penipuan yang dilakukan oleh dukun yang kerap menipu warga dengan menggunakan cara-cara yang cerdik. 

Kematian tokoh terkenal yang mencurigakan ini memicu protes dan kemarahan warga yang memaksa pemerintah negara bagian untuk segera membuat undang-undang pelarangan mengeksploitasi orang dengan menawarkan ritual, pesona dan obat ajaib, serta mempraktekkan ilmu hitam.

Kematian Dabholkar ini juga memicu desakan pemberlakukan undang-undang yang komprehensif di seluruh India yang masih mengakomodasi mistisisme kuno dan modernitas.

Kalangan rasional

Presiden Asosiasi Rasionalis India, Sanal Edamaraku kepada Radio Australia  Asia-Pacific mengatakan ada tradisi guru dan spiritualisme di India, tapi peran dukun sihir juga semakin menguat yang kerap memangsa warga yang mudah tertipu.

"India telah menjadi pasar penipu. Dan kami memiliki banyak guru, pemantera  dan orang suci di seluruh negara ... jumlahnya mencapai ribuan orang yang pergi berkeliling dari satu tempat ke tempat lain dengan cara menipu warga biasa," katanya .

Edamaraku pernah dituntut karena pasal penghinaan setelah Ia  membantah keajaiban dari sebuah salib yang meneteskan air di sebuah Gereja Katolik di Mumbai. Saat ini ia tinggal di Eropa karena ia  menghadapi penangkapan tanpa jaminan kembali ke rumah.

Edamaraku mempertanyakan motif dari tokoh yang disebut guru.

"Sebagian besar orang-orang ini memiliki beberapa latar belakang kriminal atau meragukan. Suatu hari dia memakai jubah safron dan tidak ada check and balance untuk menangkap orang-orang ini dan orang-orang biasa menerimanya."

Penganut kepercayaan gaib

Seorang  penganut kepercayaan gaib (Occultis), Manik Baba, 70,  terkenal karena memiliki banyak pengikut dan selama 20 tahun berpraktek Baba mengaku  telah membantu ratusan warga.

Okultis di Delhi biasanya menanyakan kepada kliennya apa yang akan terjadi di masa depan dan memberikan saran dan jalan keluar untuk menghadapi masa sulit.

Baba mengatakan tidak semua orang suci menipu dan itu yang membedakan sihir putih dan sihir hitam.

"Polisi membantu orang yang mempraktekan sihir hitam dan santet. Karena mereka ingin menipu orang. tapi saya tidak.” katanya.

"Semua orang ingin dapat uang dengan mudah, datang saja ke kawasan-kawasan suci seperti Rishikesh (Kota suci penganut agama Hindu).. lihat bagaimana penipu itu beroperasi."

Desakan penindakan

Kepercayaan terhadap kekuatan magis memang hidup  dan berkembang baik di banyak kawasan di India.

Di daerah pedesaan praktek seperti ritual mantra untuk mengobati gigitan ular, menggelar upacara menolak bahla dan kutukan atau mengobati penyakit dengan sihir hitam terus berlanjut.

Para tabib yang gagal menyembuhkan atau melakukan apa yang dijanjikannya harus menghadapi kemarahan warga, seperti dilempari batu sampai mati dan sekali waktu bahkan dibakar didepan penduduk desa.

Hipnoterapis klinis, Madhu Kotiya mengatakan aksi seperti ini dibutuhkan.

"Praktek ini akan terus berlanjut sampai pada waktunya masyarakat iri dengan orang lain. ketika orang berniat menyakiti, mereka akan selalu menemukan jalan  untuk melakukannya,” ungkapnya.

"Saat ini kita tidak memiliki legal hukum untuk melawan orang-orang seperti ini dan itu menyebabkan mereka saat ini merasa aman. Harus ada hukum yang mengatur masalah ini,  hanya dengan cara itu praktek seperti ini bisa dihentikan."

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement