REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA/BEIRUT-- AS menuding pemerintahan Assad atas bertanggung jawab atas serangan pada 21 Agustus. Negeri Paman sam menyebut militer pemerintah Suriah telah menggunakan senjata gas beracun untuk membantai warga.
Sementara Rusia dan Assad justru menyebut serangan itu dilakukan oleh pasukan pemberontak.
Sekretaris General PBB, Ban Ki-moon mengatakan laporan oleh ahli senjata kimia PBB akan mengonfirmasi bahwa serangan itu menggunakan gas beracun.
Ban juga mengatakan bahwa Assad "telah berkomitmen atas banyak tindakan kriminal melawan kemanusiaan", meskipun dia tidak menyebutkan jika pasukan Assad ataukah pemberontak yang menggunakan racun kimia pada serangan Agustus.
Ada sedikit tanda kompromi dalam wilayah Suriah, kebencian sekte dan etnik telah diperdalam dengan perang 2,5 tahun yang telah menewaskan lebih dari 100 ribu orang dan memaksa sepertiga penduduk dari rumah mereka.
Aktivis oposisi dan warga mengatakan, pasukan Assad berada ofensif di sekitar Damaskus. Pesawat tempur dan artileri mengebom dan menembaki, terutama di lingkungan Barzeh, dimana aktivis mengatakan terjadi bentrokan di atas tanah.
Salah satu penduduk Damaskus Pusat, yang menentang Assad mengatakan ''Kelihatannya pemerintah kembali ke rutinitas lama setelah beberapa pekan mengambil sikap defensif dari serangan AS". Dia mendengar jet di atas kepala dan artileri yang sedang beraksi.
Penyelidik PBB mengatakan pasukan pemerintah Suriah mengebom dan menembaki rumah sakit di wilayah pemberontak untuk menghentikan perawatan orang sakit dan terluka, bertindak bahwa kejahatan perang telah dibentuk.
Pejuang yang setia pada Assad dengan sengaja membantah perawatan medis sebagai "senjata perang".