REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Ribuan warga Kamboja berdemo selama dua akhir pekan berturut-turut menentang hasil pemilu yang memenangkan partai berkuasa pada Juli lalu.
Gerakan massa dipimpin pemimpin oposisi Sam Rainsy. Dia meminta investigasi pada pemungutan suara dan mengklaim perdana menteri Hun Sen mencurangi suara.
Sekitar 20 ribu aktivis, pekerja, dan biksu berkumpul di taman umum di Phnom Penh di bawah pengawasan polisi pada Ahad (15/9).
Pendemo asal pedesaan dibawa ke kota dalam konvoi bus dan truk. Banyak dari mereka membawa bunga lotus yang menyimbolkan perdamaian.
Demonstrasi tersebut merupakan yang kedua dalam sepekan. Rainsy memperingatkan adanya demonstrasi yang lebih besar sampai ada penyelidikan penyimpangan pemilu.
"Suara rakyat dicuri dan mereka meminta keadilan," ujarnya kepada kerumuman pendukungnya dikutip BBC, Ahad.
Kementerian Dalam Negeri sebelumnya mengatakan demonstrasi pada Ahad harus berakhir pada menjelang malam. Tapi banyak demonstran menentang perintah dan tetap di jalan.
Bentrokan dilaporkan terjadi antara kelompok kecil demonstran dan polisi di dekat Istana Raja di pusat Phnom Penh. Pada Sabtu kemarin, Hun Sen dan Ransy gagal mencapai kesepakatan dalam pembicaraan yang ditengahi Raja Norodom Sihamoni. Kedua belah pihak akan bertemu lagi pada Senin besok.