Senin 16 Sep 2013 01:37 WIB

Suriah: Kemenangan Ini Berkat Rusia

Amerika Serikat dan Rusia
Foto: IST
Amerika Serikat dan Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Rekonsiliasi Nasional Suriah, Ali Haidar mengatakan kesepakatan Amerika Serikat dan Rusia yang bertujuan untuk memusnahkan senjata-senjata kimia Suriah dan mencegah perang sebagai suatu "kemenangan" bagi negaranya.

Haidar pun secara tegas mengucapkan terima kasih atas upaya Rusia dalam memprakarsai kesepakatan tersebut.

"Perjanjian ini adalah hasil dari diplomasi Rusia dan para pemimpin Rusia. Ini adalah kemenangan bagi Suriah yang dicapai berkat sahabat kami Rusia," kata Haidar dalam satu wawancara dengan kantor berita Rusia RIA Novosti.

Pernyataan Haidar merupakan tanggapan pertama pemerintah Suriah terkait kesepakatan antara Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov yang dicapai di Jenewa, Sabtu.

Kesepakatan itu menetapkan Suriah memiliki waktu seminggu untuk mengajukan satu daftar persediaan senjata-senjata kimianya dan menyerahkannya untuk dihancurkan pada pertengahan tahun 2014.

"Pada satu pihak kesepakatan itu membantu Suriah terhindar dari krisis dan pada pihak lain mencegah perang terhadap Suriah," kata Haidar.

Seperti dilaporkan AFP,  kedua pihak sepakat bahwa Dewan Keamanan PBB, di mana Rusia memiliki hak veto bagi setiap prakarsa akan melakukan tindakan yang tidak ditentukan jika Suriah melanggar ketentuan-ketentuan konvensi internasional yang melarang senjata-senjata kimia. Obama mengatakan bahwa jika pemerintah Bashar tidak melaksanakan kesepakatan itu," AS tetap siap untuk bertindak."

Sebelum kesepakatan itu dicapai, Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengancam akan melakukan serangan militer untuk menghukum Bashar atas tuduhan melakukan serangan senjata kimia yang menewaskan ratusan orang di pinggiran Damaskus 21 Agustus.

Bashar membantah bertanggung jawab atas serangan senjata kimia itu. Ia mengatakan pasukan oposisilah yang melancarkan serangan menggunakan senjata kimia yang dipasok dari luar negeri dan AS menggunakannya sebagai dalih bagi intervensi militer.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement