REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Iran menyindir negara-negara Barat yang masih mempertahankan penyebutan 'negara maju', 'negara berkembang', dan 'negara terbelakang' yang menunjukkan ketidaksetaraan negara di dunia.
Sindiran itu terkait diskriminasi Barat dan Amerika Serikat terhadap pengembangan teknologi nuklir di beberapa negara, termasuk Iran.
Kepala Badan Dakwah Islamiyah Iran, Seyed Mahdi Khamoushi mendesak semua negara, termasuk Israel menandatangani tata prilaku penggunaan senjata nuklir (Nuclear Non-Proliferation Treaty NPT).
"Republik Islam Iran telah menang dengan melakukan revolusi setelah di bawah hegemoni Barat, lalu mereka memaksakan perang terhadap rezim Sadam Husein di Irak dan saat ini mempersoalkan nuklir kami," ujarnya di Jakarta, Senin (16/9).
Teknologi nuklir yang dikembangkan Iran, kata Sayed, sudah sesuai peraturan internasional dan bertujuan untuk perdamaian. Ia menjelaskan pemimpin spiritual Iran, Ayatulloh Ali Khamaeni telah mengeluarkan fatwa untuk penggunaan energi nuklir di setiap negara namun tidak memperbolehkan untuk dijadikan senjata.
"Sejarah dunia membuktikan ketika terjadi perang, salah satu pihak yang terlibat adalah negara hegemon," ujarnya.