REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Penembakan di kompleks Angkatan Laut AS di Washington, Senin, menewaskan 13 orang, termasuk pelaku serangan itu, kata Kepala Kepolisian Washington Cathy Lanier.
Jumlah pasti korban yang tewas dan cedera berubah-ubah dalam hitungan jam setelah penembakan itu, yang terjadi sekitar lima kilometer dari Gedung Putih.
Motif penembakan itu masih belum diketahui, kata perwira polisi itu pada jump pers. Polisi masih mencari dua tersangka lain yang mungkin terlibat dalam serangan tersebut.
"Kami tidak memiliki indikasi mengenai motif serangan itu pada saat ini," kata Lanier.
Polisi menggambarkan dua tersangka lain sebagai seorang pria kulit putih dan seorang lagi kulit hitam, dan mereka mengenakan pakaian militer. Namun, penegak hukum lain lebih berhati-hati dan mengatakan, masih belum jelas apakah lebih dari satu orang bersejata yang terlibat.
Seorang juru bicara Gedung Putih mengatakan, Presiden Barack Obama telah diberi tahu mengenai penembakan itu, yang sempat membuat penerbangan dihentikan di Bandara Nasional Reagan.
"Kita menghadapi lagi penembakan massal, dan hari ini itu terjadi di instalasi militer di ibu kota negara kita," kata Obama, yang telah berjanji melakukan langkah-langkah pengawasan senjata setelah seorang pria menembak mati 20 anak sekolah dan enam orang dewasa di sebuah SD di Connecticut pada Desember lalu.
AL mengatakan dalam sebuah pernyataan, penembakan berlangsung di markas yang dijaga ketat itu, dimana sekitar 3.000 orang bekerja.
Puluhan kendaraan polisi dan penanganan darurat mengitari kompleks itu, yang terletak di Washington tenggara sekitar 1,6 kilometer sebelah selatan gedung U.S. Capitol, kata media setempat.
Beberapa helikopter terbang di atas markas itu dan ada yang mendarat di atap bangunan tersebut, menurut WJLA TV Washington dalam siaran langsungnya.
Pangkalan itu merupakan instalasi tertua AL AS peninggalan abad 18. Di kompleks itu terdapat sebuah museum, tempat tinggal kepala operasi AL dan tempat tersebut juga berfungsi sebagai pengembangan senjata.