REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Foto diri Aaron Alexis, tersangka pembunuh puluhan korban di kompleks Angkatan Laut Amerika Serikat, Senin, digambarkan sebagai pelaut yang banyak masalah dan diamuk amarah.
Alexis (34) dilaporkan menggunakan senjata ketika marah tetapi juga dikenal sebagai sosok pendiam yang sering bersemadi di kuil Budha di Texas dan belajar sendiri bahasa Thailand.
Penyerang itu meninggal dalam baku tembak dengan polisi, dan latar belakang perbuatannya yang mencederai banyak orang lain belum terungkap.
Lahir di New York, Alexis menjalani dinas militer sejak 2007 hingga 2011, kata pihak AL-AS."Dipastikan banyak kesalahan yang dilakukan selama ia berdinas," kata perwira militer AS yang tidak bersedia disebut namanya, kepada AFP.
Perwira ini tidak mengetahui apakah Alexis dipecat dengan tidak hormat dan tidak bisa memberikan keterangan lebih banyak tentang si penyerang.
Tiga tahun sebelum mendaftar sebagai tamtama, ia pernah ditangkap di Seattle karena menembak ban mobil yang sedang berjalan, dengan alasan yang disampaikan kepada para penyelidik bahwa ia menjadi marah karena seorang pekerja bangunan "tidak menghargainya".
Ia mengaku kepada polisi tidak ingat tentang tembakan itu sampai satu jam setelah kejadian, demikian menurut laporan polisi yang diunggah oleh kepolisian Seattle.
Alexis menjelaskan kepada para detektif bahwa ia berada di New York pada saat terjadi serangan 11 September 2001 dan mengatakan betapa peristiwa itu "mengganggunya".
Para detektif kemudian berbicara dengan ayahnya, yang menjelaskan jika puranya itu mempunyai masalah dalam "mengatasi kemarahan" karena mengalami gangguan pos-traumatik setelah menjadi peserta aktif usaha penyelamatan pasca-serangan tersebut.
"Dari luar ia adalah sosok yang diam," kata J. Sirun, asisten biksu di kuil Budha tempat Alexis biasa berkunjung di Texas.
"Namun di dalam, saya kira ia sangat agresif. Tampaknya ia tidak dekat dengan siapa pun, mirip tentara yang baru berperang."
Ia adalah sosok yang akan membantu orang lain membawa barang-barang berat, setidaknya seorang pekerja di Pusat Meditasi Wat Busayadhammavanaram menghindarinya karena pernah terluka, kata Sirun. "Saya kira dia tidak akan seganas ini." ujar Sirun.
Mantan teman sekamar yang menggambarkan Alexis sebagai salah seorang "sahabat" menjadi terkejut mendengar kabar serangan itu. "Saya tidak menduga dia melakukan ini," kata Nutpisit Suthamtewakul, pemilik rumah makan Thailand Happy Bowl kepada Fort Worth Star Telegram.