Selasa 17 Sep 2013 15:50 WIB

PBB Temukan Penggunaan Senjata Kimia di Suriah

Rep: Bambang Noroyono / Red: Citra Listya Rini
Tim Investigasi PBB tiba di Suriah untuk menyelidiki dugaan penggunaan senjata kimia di pinggiran kota Damaskus.
Foto: AP PHOTO
Tim Investigasi PBB tiba di Suriah untuk menyelidiki dugaan penggunaan senjata kimia di pinggiran kota Damaskus.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dugaan penggunaan senjata kimia terhadap warga sipil Suriah, terbukti. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dalam laporannya mengatakan, penggunaan senjata berbahaya di Damaskus kali ini menjadi catatan terparah dalam seperempat abad terakhir. 

''Yang terjadi di Suriah saya konfirmasi sebagai penggunaan (senjata kimia) paling signifikan sejak yang terjadi di Halabja, Irak,'' kata Sekertaris Jenderal PBB Ban Ki-moon di Markas Besar PBB, New York AS, Senin (16/9), seperti dilansir Reuters, Selasa (17/9).

Inspektur tim senjata kimia internasional, merampungkan hasil investigasi selama lebih dari dua pekan di Den Haag, Belanda. Laporan itu tuntas saat Ahad (16/9) kemarin dan diserahkan ke PBB. 

Kepala inspektur investigasi kali ini dipimpin pakar senjata kimia asal Swedia, Ake Sellstrom.Sellstrom bersama tim lainnya, 'mengorek' sisa barang bukti dalam serangan di Kota Ghouta, 21 Agustus lalu.

Tim 'mengoleksi' sumber penggunaan gas sarin dalam serangan yang di katakan Amerika Serikat (AS) dan sekutu menewaskan lebih dari 1.400 orang tersebut.

Dalam laporan yang dibacakan Ban di Majelis Umum PBB, Senin (16/9), dikatakan, jenis senjata kimia yang digunakan dalam serangan naas itu adalah gas mustard.

Jenis kandungan kimia berbahaya itu, pernah digunakan militer Saddam dalam Perang Teluk I, 1980-1988. Sedikitnya 5.000 sipil tewas dalam serangan terhadap etnis Kurdi itu.

Gas sarin juga pernah digunakan ketua kelompok terorisme Aum Shinrikyo, Shoko Asahara saat menyerang kerumunan orang di stasiun kereta bawah tanah Tokyo, Jepang, 1995 silam. Tercatat 13 orang tewas seketika dalam serangan tersebut.

''Internasional menjanjikan akan mencegah terulangnya tragedi yang menewaskan banyak orang itu. Tapi kali ini kembali terjadi,'' ujar Ban. 

Seperti yang dikatakan Sellstrom diawal pekan lalu, laporan timnya, akan memaparkan seluruh hasil investigasi selama ini. Tapi kata dia, laporannya tidak akan menyebutkan siapa dibalik serangan tidak manusiawi itu. 

Hal sama pun dilakukan Ban. Alasannya, laporan tersebut rawan disalahgunakan. Hingga sekarang, AS dan sekutu masih percaya, rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad adalah pelaku serangan. Bahkan, Ban sendiri, mengatakan saat Jumat (13/9) lalu, Assad adalah penjahat kemanusiaan. 

sumber : Reuters/AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement