Selasa 17 Sep 2013 22:56 WIB

Damaskus Tuding Barat Paksakan Kehendak ke Suriah

 Tentara Suriah berjalan di antara bangunan yang hancur akibat perang saudara yang melanda negara tersebut.
Foto: EPA/STR
Tentara Suriah berjalan di antara bangunan yang hancur akibat perang saudara yang melanda negara tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Damaskus, Selasa, menuduh Barat mencoba untuk memaksakan kehendaknya terhadap rakyat Suriah setelah negara-negara besar itu mengatakan akan mendorong resolusi PBB untuk memusnahkan senjata kimia Suriah.

"Amerika Serikat, Prancis dan Inggris telah mengungkapkan tujuan mereka yang sebenarnya ... yaitu untuk memaksakan kehendak mereka pada rakyat Suriah," kata Kementerian Luar Negeri.

Damaskus kemudian menuduh Barat "mendukung kelompok teroris bersenjata yang terkait (sekutu Alqaidah) kelompok al- Nusra," yang telah bergabung dengan pemberontakan terhadap Presiden Bashar al - Assad.

Pernyataan Kemenlu muncul setelah Washington, Paris, dan London sepakat untuk mendorong resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa guna memastikan Bashar mematuhi rencana Amerika Serikat - Rusia untuk memastikan senjata kimia Suriah dimusnahkan pada pertengahan 2014.

Setelah perundingan di Paris pada Senin dengan timpalannya dari Prancis dan Inggris, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mengatakan, "Jika Assad gagal untuk mematuhi kerangka kerja (dalam rencana Amerika Serikat - Rusia ) kita semua setuju bahwa akan ada konsekuensi."

Ketiga negara itu juga sepakat untuk meningkatkan bantuan mereka kepada pihak oposisi anti - Bashar, yang dipandang Damaskus sebagai hambatan baru untuk mengakhiri Perang Suriah yang telah berlangsung selama 30 bulan.

"Klaim oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya bahwa mereka menginginkan solusi politik bagi krisis di Suriah ... bertentangan dengan upaya mereka yang tidak pernah berakhir ... untuk memaksakan persyaratan mereka, dan dengan mendukung kelompok yang melakukan kekerasan dan terorisme di Suriah," kata Kementerian Luar Negeri.

Ia juga mengecam pernyataan Kerry bahwa Bashar telah " kehilangan semua legitimasi ... untuk memerintah di negaranya."

"Presiden Bashar al - Assad presiden yang sah, yang dipilih oleh rakyat Suriah, dan akan tetap bertahan selama rakyat Suriah menginginkannya," kata pernyataan Kemenlu.

"Presiden Assad menjalankan fungsinya sesuai dengan konstitusi, yang telah disetujui oleh rakyat Suriah , " tambahnya.

Sejak pemberontakan anti - Bashar meletus pada Maret 2011, Damaskus telah menuduh negara-negara Barat, Turki dan Teluk melakukan apa yang dikatakannya sebagai konspirasi menentang Suriah.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement