Rabu 18 Sep 2013 10:14 WIB

Dimata-matai AS, Presiden Brasil Batalkan Kunjungan ke Washington

Rep: Nur Aini/ Red: Mansyur Faqih
Dilma Rousseff
Foto: AP
Dilma Rousseff

REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Presiden Brasil, Dilma Rousseff membatalkan kunjungan ke Washington bulan depan setelah Amerika Serikat dituduh memata-matai negaranya. Agen Keamanan Nasional AS (NSA) diduga menyadap imel dan pesan dari Rousseff, pembantunya, dan perusahaan minyak negara, Petrobas. 

Tuduhan tersebut berdasarkan dokumen yang dibocorkan mantan kontraktor interlijen Edward Snowden. Presiden Barack Obama berjanji akan menginvestigasi insiden tersebut. Gedung Putih mengatakan obama telah menelpon Rousseff pada Senin kemarin untuk mendiskusikan masalah tersebut. 

Tuduhan mata-mata terhadap warga Brasil pertama kali dipublikasikan pada Juli lalu oleh jurnalis Glenn Greenwald, reporter untuk Guardian. Grennwald menuduh NSA mengakses semua konten internet yang dikunjungi Rousseff. Kunjungan Rousseff dijadwalkan mulai 23 Oktober dan akan menjadi yang pertama untuk presiden Brasil sejak 1995. 

Namun, dalam pernyataan Selasa (17/9) waktu setempat, pemerintah Brasil mengatakan mempertimbangkan lagi jadwal kunjungan ke Washington. Tidak adanya jadwal investigasi dan penjelasan serta komitmen untuk menyelidiki aktivitas penyadapan dapat membuat rencana kunjungan tidak berjalan. Dalam pernyataan itu, Brasil berharap kunjungan dapat dilakukan sesegera mungkin setelah isu tersebut dapat diselesaikan dengan baik. 

Juru bicara Gedung Putih, Jay Carney mengatakan pembatalan kunjungan merupakan kesepakatan antaran Rousseff dan Obama yang sepaham kalau hal itu tidak boleh dibayangi masalah bilateral. Gedung Putih mengatakan presiden memahami dan menyesalkan pengungkapan dugaan kegiatan intelijen AS di Brasil. 

Dia menegaskan berkomitmen untuk bekerja sama dengan Presiden Rousseff dan pemerintahannya di saluran diplomatik untuk menghilangkan masalah ini sebagai sumber isu ketegangan hubungan bilateral. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement