Rabu 18 Sep 2013 14:09 WIB

Pertempuran Militan dan Tentara Filipina Masuki Hari ke-10

Rep: Nur Aini/ Red: Hazliansyah
Milisi Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) mengangkat senjata saat mencapai kesepakatan damai dengan pemerintah Filipina pada 1996.
Foto: AP PHOTO
Milisi Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) mengangkat senjata saat mencapai kesepakatan damai dengan pemerintah Filipina pada 1996.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Pertempuran antara pasukan pemerintah dan militan di wilayah selatan Filipina berlanjut hingga hari ke-10. Otoritas militer, pada Rabu (18/9) mengatakan, pemerintah saat ini mengontrol 70 persen daerah yang diduduki oleh pejuang Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF), yang ingin mendirikan negara Islam di Filipina Selatan.

Lebih dari 100 orang yang disandera militan Filipina melarikan diri saat pertempuran berlanjut di kota Zamboanga. Ratusan warga sipil lainnya masih terjebak, dan digunakan sebagai sandera atau tameng manusia.

Pertempuran dimulai pekan lalu ketika ratusan pejuang MNLF menyerang Zamboanga dalam upaya menggagalkan pembicaraan damai. Pihak militer mengatakan mereka telah menewaskan lebih dari seratus pemberontak, saat merebut kembali Santara Barbara dan Santa Catalina di pusat Zamboanga.

Pertempuran sengit juga terjadi di Talon dan Mampang, di timur kota. Namun, tidak diketahui berapa banyak militan yang tersisa di sana.

Sementara itu, kepala polisi lokal yang dilaporkan diculik oleh militan telah dilepaskan. Tetapi laporan keberadaannya masih simpang-siur.

Menteri Dalam Negeri Mar Roxas dan otoritas polisi mengatakan, Jose Chiquito Malayo dan tiga orang anak buahnya diculik saat mencoba membujuk beberapa militan MNLF agar menyerah.

Sumber yang dikutip Al-Jazeera mengatakan kepala polisi dikirim untuk bernegosiasi dengan militan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement