NEW YORK -- Laporan terbaru dari LSM pemerhati pengungsi - Internasional Organisation Migration (IOM) menyatakan pengungsi tidak cuma menyasar negara maju tapi juga negara berkembang.
Laporan yang mengkaji pola migrasi penduduk di dunia menemukan banyak penduduk dari negara berkembang juga berpindah ke negara berkembang lain. Pola ini bertentangan dengan asumsi selama ini yang menyakini kebanyakan penduduk negara berkembang hanya bercita-cita pindah ke negara-negara maju.
Laporan yang dirilis International Organisation for Migration (IOM) ini untuk pertama kalinya menjabarkan tren migrasi global dan menekankan 4 jalur arus migrasi.
Kesimpulan dari kajian ini didasarkan pada temuan dari Survey Dunia Gallup, yang mensurvey lebih dari 25 ribu pengungsi yang berasal dari 150 negara lebih. Kajian itu mendapati lebih banyak pengungsi yang berpindah dari negara berkembang ke negara maju, namun jurang perbandingannya lebih kecil dibandingkan asumsi sebelumnya.
Laporan itu menyatakan sekitar 33 persen pengungsi pindah dari satu negara berkembang ke negara berkembang lainnya, pola ini lebih dikenal dengan sebutan migrasi dari Selatan ke Selatan. Sementara pengungsi yang berpindah dari negara berkembang ke negara ekonomi maju jumlahnya 40 persen dari pengungsi global.
Juru bicara IOM, Joe Lowry mengatakan sangat salah jika orang berpikir saat ini lebih banyak migrasi terjadi dari Selatan ke Utara.
"Terjadi banyak migrasi antara penduduk di negara-negara di Selatan yang berpindah karena alasan yang sama yakni menginginkan kehidupan yang lebih baik," katanya kepada ABC Asia Pacific.
Lowry menambahkan migrasi dari Selatan ke Selatan ini juga merupakan hasil dari sedikitnya integrasi yang terjadi di kalangan penduduk asli.
“Mereka adalah salah satu dari kelompok migran yang tidak melaporkan kepuasan dengan jaringan sosial mereka, adaptasi terhadap negara mereka atau kepercayaan pada lembaga-lembaga di negara-negara yang mereka datangi. Tidak peduli berapa lama mereka menghabiskan waktu di negara-negara baru tersebut, "katanya.
Isu-isu yang dihadapi para pengungsi di negara-negara berkembang termasuk sulitnya mendapatkan perumahan yang layak dan masalah kesehatan, sementara banyak juga yang merasa pesimistis dengan masa depan mereka.
Laporan itu juga menemukan kalau meskipun kebanyakan dari pengungsi itu berasal dari negara berkembang, warga di negara-negara maju tetap cenderung melakukan migrasi juga.
Data menunjukan warga dari negara maju yang hendak pindah ke negara berkembang jumlahnya antara 3.6 persen dan 5.2 persen, dan angka itu mewakili hanya sekitar 3 persen dari total populasi.
Temuan ini mematahkan asumsi kalau orang-orang hanya bermigrasi untuk tinggal di negara maju dan bahwa migrasi hanya mengarah kepada suatu negara yang sudah lebih maju.
Kajian ini juga menemukan kalau pengungsi yang berpindah di antara negara-negara berpenghasilan tinggi mengalami peningkatan terbesar dalam hal kepuasan hidup, keuangan dan kesehatan.
Temuan ini juga menyimpulkan kalau penduduk dari negara maju yang berpindah ke negara berkembang kerap mengalami kesulitan sosial, seperti kontak sosial yang lebih sedikit dan jaringan sosial yang lebih kecil.