REPUBLIKA.CO.ID, MANILA--Ketegangan di Kota Zamboanga, Filipina Selatan, mereda saat tentara pemerintah memojokkan petempur Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF).
Beberapa pejabat militer mengatakan serangan "beberapa kantung perlawanan" berkurang saat krisis Kota Zamboanga memasuki hari kesembilannya pada Rabu (18/9) karena makin banyak petempur MNLF menyerahkan diri atau tewas dalam bentrokan.
Juru Bicara Angkatan Bersenjata Brig. Jend. Domingo Tutaan mengatakan jumlah petempur MNLF yang masih berlindung di beberapa daerah di Kota Zamboanga sekarang berkurang jadi 70 orang. Sembilan-puluh-tiga dari mereka tewas dalam pertempuran, sementara 179 orang lagi menyerahkan diri atau ditangkap.
Tutaan mengatakan merka sekarang memusatkan perhatian pada operasi militer 'sesuai kebutuhan' di Desa Sta. Barbara dan Sta. Catalina, demikian laporan Xinhua.
Menurut Letkol Ramon Zagala, Kepala Urusan Masyarakat di Angkatan Bersenjata, MNLF tak bisa mempertahankan pertempuran melawan tentara pemerintah karena kekurangan amunisi. "Mereka (MNLF) kekurangan amunisi. Momentum ini milik kami," katanya.
Hanya saja Zagala tak bersedia mengatakan apakah tentara pemerintah berada dalam tahap terakhir operasinya. Meskipun begitu, ia menegaskan operasi tersebut dilancarkan dengan cara yang hati-hati agar tidak membahayakan warga sipil yang diculik petempur MNLF dan digunakan sebagai tameng manusia.
Tutaan melaporkan sebanyak 11 prajurit, tiga polisi dan tujuh warga sipil juga tewas dalam konflik itu. Ia mengatakan korban cedera berjumlah 105 di pihak militer, 12 di pihak polisi dan 67 di pihak sipil.