REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Tim inspektur senjata kimia PBB akan kembali ke Suriah segera untuk menyelidiki berbagai tuduhan terhadap rezim dan oposisi, kata pimpinan mereka, Rabu (19/8).
"Ya kami akan kembali ke Suriah. Perencanaan kami belum selesai, jadi saya tidak bisa mengatakan kapan kami akan pergi, tapi akan segera," kata pimpinan Inspektur PBB, Aake Sellstroem.
Timnya, yang pergi ke Suriah bulan lalu, menyimpulkan dalam laporan yang disajikan pada 16 September lalu bahwa senjata kimia yang dilarang telah digunakan dalam skala luas dalam Perang Suriah.
Ada bukti jelas jika gas sarin telah menewaskan ratusan orang dalam serangan di Ghouta dekat Damaskus pada 21 Agustus, kata laporan itu. "Laporan yang disajikan adalah laporan sementara," kata Sellstroem.
"Ada tuduhan lain yang disampaikan kepada sekretaris jenderal PBB, merujuk pada peristiwa di bulan Maret, terkait kedua belah pihak" dalam konflik tersebut, katanya. Ada "13, 14 tuduhan" yang "telah diselidiki," tambahnya.
Sellstroem mengatakan pemeriksa senjata tidak akan menjawab pertanyaan siapa yang bertanggung jawab atas serangan gas kimia pada 21 Agustus lalu yang diklaim oleh Amerika Serikat telah menewaskan lebih dari 1.400 orang. "Itu bukan tugas kami," kata Sellstroem.
Dia mengatakan rencana perjalanan inspektur senjata harus "dimantapkan dalam waktu sepekan". Dia berharap untuk dapat menyajikan laporan akhir guna menjawab semua tuduhan "mungkin pada akhir Oktober."