REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Suriah berkomitmen akan menghancurkan senjata kimia miliknya. Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan, kesepakatan Jenewa antara Rusia dan Amerika Serikat (AS) pekan lalu, mengharuskan Damaskus melakukan itu.
Assad menyatakan akan taat. Ia mengatakan, perlu waktu setidaknya setahun menghancurkan senjata berbahaya itu. Perhitungan dia, setidaknya membutuhkan dana minimal 1 miliar dolar AS.
"Saya pikir itu (pemusnahan senjata kimia) akan rumit dan tidak murah," kata Assad saat wawancara bersama FOX News yang dilansir Reuters, Kamis (19/9).
Pernyataan Assad adalah pertama sejak Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) resmi merilis laporan tentang penggunaan senjata kimia di Negeri Syam itu, Senin (17/9).
Assad mengakui kepemilikan senjata kimia oleh militernya. Akan tetapi, kata dia, senjata itu tidak digunakan dalam konflik di negaranya. Apalagi untuk menyasar sipil.
Assad tetap menolak tuduhan AS, Prancis dan Inggris yang memojokkan rezim dalam kursi tersangka 'pembunuh massal'. Ia mengatakan justru beda, penggunaan senjata kimia dilakukan kelompok separatis.
Ia menambahkan, pertempuran di Kota Ghouta tidak mendesak militer memakai senjata kimia. "Ini tidak realistis. Bahkan cerita mereka (sekutu) beda-beda. Saya katakan, 'kami tidak menggunakan gas sarin (senjata kimia)'," kata Assad menambahkan.
Assad menerangkan, kecurigaan AS tentang senjata kimia adalah strategi kelompok separatis untuk menghancurkan Suriah. Ia mengatakan, konflik horizontal di negaranya sudah bukan lagi perang sipil.
Suriah, menurut dia, sudah jadi papan catur bagi kelompok terorisme global. Sementara itu, ia menambahkan, banyak kelompok-kelompok perlawanan asing ikut ambil bagian dalam konflik tersebut.
Assad pun menuding negara-negara tertentu, di Liga Arab dan negara sekutu sengaja mempersenjatai kelompok separatis agar menggulingkan dirinya.
Saat ditanya apakah dirinya bersedia menyerahkan senjata kimia ke AS? Assad memberikan syarat. Secara diplomatis Assad mengatakan senjata kimia adalah pencemaran lingkungan. Jika AS bertanggung jawab, kata dia silakan ambil.
"Kalau AS siap dengan uang pemusnahan itu, silahkan bawa bahan berbahaya ini ke Amerika (AS). Mengapa mereka (AS) tidak melakukan ini," kata Assad menambahkan.
Kesepakatan Jenewa menjadi buah diplomatik mengakhiri ancaman Perang Suriah. AS mengatakan akan menginvansi secara militer Damaskus.
Paman Sam yakin, setidaknya 1.429 sipil di Suriah mati akibat serangan gas sarin. Terparah dikatakan AS, terjadi di Kota Ghouta, dan pinggiran Damaskus. Namun ancaman AS itu ditentang Rusia.
Kesepakatan Jenewa disepakati setelah Rusia mendesak AS untuk setuju menghindari Perang Suriah. Menlu Rusia Sergei Lavrov dan Menlu AS John Kerry pun mendesak Assad melucuti senjata kimia. Kesepakatan Jenewa meminta Assad menyerahkan senjata kimia ke internasional.