Jumat 20 Sep 2013 19:34 WIB

Satu dari Dua Orang Dewasa di Tasmania Buta Huruf

Red:
Belajar di Saat Dewasa
Belajar di Saat Dewasa

HOBORT -- Ahli kebijakan pendidikan Australia, Ben Jensen, menyerukan ditempatkannya guru spesialis baca tulis di setiap sekolah di Tasmania. Saat ini, satu dari dua orang di Tasmania usia 15 sampai 74 tahun tergolong buta huruf, dan lebih dari separuhnya buta angka.

Tasmania merupakan negara bagian dengan persentase siswa tamat SMU yang paling rendah di Australia. Negara bagian itu juga mencatat persentase tertinggi dalam jumlah siswa yang berhenti bersekolah pada kelas 10.
 
Direktur program Pendidikan Sekolah di Grattan Institute, Ben Jensen, berpendapat situasi ini telah mencapai titik yang kritis.
 
Ia mengatakan, seharusnya ada seorang guru spesialis yang mengajari baca tulis di setiap sekolah di Tasmania. Ia juga berpendapat sekolah-sekolah kecil mestinya ditutup. "Kalau kita menutup sejumlah sekolah kecil yang sangat mahal biayanya, kita kemudian akan bisa menggunakan dana itu untuk tenaga-tenaga spesialis yang mengajarkan baca tulis di sekolah-sekolah di seluruh Tasmania," kata Dr Jensen.
 
Ia juga berpendapat masalah ini sifatnya kultural. "Kalau kita melihat sejarah pendidikan di Tasmania, kita lihat bahwa harapannya selalu rendah," kata Dr Jensen.
 
Seorang warga Tasmania di Sorell, Don Mc Kenzie, kembali ke bangku sekolah, mengikuti kelas membaca bagi orang dewasa. Pria berusia 48 tahun itu hampir buta huruf sebagian besar hidupnya setelah drop out di kelas 8. "Sebelum ikut kelas ini, kemampuan baca tulis saya benar-benar kacau. Saya tidak bisa menyebut kata yang panjang," katanya. "Sekarang pun saya masih harus belajar banyak dalam berhitung."
 
Kata McKenzie, tidak bisa baca tulis dapat berdampak sangat besar pada kehidupan sehari-hari.
 
Orang-orang yang kesulitan baca tulis tidak punya ketrampilan yang dibutuhkan untuk mengikuti kehidupan dunia modern, seperti mengisi formulir, membaca instruksi dalam obat resep.
 
McKenzie dulu sering tidak mau turun dari mobil kalau berbelanja. Takut salah beli karena tidak bisa membaca, dan akibatnya membuat orang keracunan, katanya. Bapak dari 12 anak usia antara 13 sampai 30 tahun itu tidak pernah bekerja resmi.
 
Ahli ekonomi Saul Eslake dari Bank of America mengatakan, prestasi pendidikan yang buruk di Tasmania berperan besar dalam nasib buruk negara bagian itu di bidang keuangan.
 
"Saya pikir rendahnya tingkat pendidikan tenaga kerja di Tasmania kemungkinan merupakan alasan paling penting mengapa produktivitas di Tasmania jauh lebih rendah dibanding di negara-negarabagian Australia lainnya," katanya.
 
Buta huruf dan angka merupakan masalah yang turun-temurun di Tasmania.
 
McKenzie berusaha keras untuk memutus lingkaran setan tersebut. Sebagian dari anak-anaknya juga punya kemampuan baca tulis yang rendah, terutama puteri bungsunya yang berusia 13 tahun. "Dia dulu tidak suka membaca buku. Saya katakan padanya saya akan kembali bersekolah dan belajar baca tulis. Saya ajak dia ikut dan sama-sama belajar membaca," jelasnya.
 
McKenzie bertutur, puterinya sekarang senang membaca. Ia melihat banyak kemajuan puterinya dalam membaca. "Dia sekarang bisa menulis namanya sendiri. Dulu tidak bisa," katanya. McKenzie sekarang ingin meyakinkan puteranya yang berusia 27 tahun agar mau ikut pergi kelas baca tulis bersamanya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement