Senin 23 Sep 2013 09:23 WIB

Korban Tewas Penyanderaan Mal di Kenya Bertambah

Rep: Nur Aini/ Red: Didi Purwadi
Seorang tentara mengevakuasi pengunjung mall Westgate di Nairobi, Kenya, yang diserang gerilyawan pada 21 September.
Foto: EPA/Kabir Dhanji
Seorang tentara mengevakuasi pengunjung mall Westgate di Nairobi, Kenya, yang diserang gerilyawan pada 21 September.

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Pasukan keamanan Kenya mengklaim telah menyelamatkan sebagian besar sandera dari penyerang Al Shabaab di pusat perbelanjaan di Nairobi. Namun, jumlah korban tewas dilaporkan bertambah dari 59 orang menjadi 68 orang dan lebih dari 150 orang lainnya terluka.

Kelompok bersenjata dari Somalia menyerbu pusat perbelanjaan Westgate dengan menggunakan granat dan senapan serbu. Tembakan dan ledakan terdengar dari pusat perbelanjaan pada Ahad malam (22/9) waktu setempat setelah pasukan keamanan mengintensifkan serangan untuk mengakhiri pertempuran.

Mereka khawatir jumlah korban tewas akan terus bertambah setelah banyak mayat ditemukan di dalam gedung.

Juru bicara militer, Cyrus Oguna, mengatakan sebagian besar sandera telah dibebaskan. Namun, dia tidak menyebut berapa jumlah mereka.

"Sebagian besar dari mereka mengalami dehidrasi dan terguncang," ujar Oguna dikutip Al Jazeera, Senin (23/9).

Pusat Operasi Bencana Kenya mengatakan konflik akan terus dilakukan sampai akhir malam. Pasukan keamanan mengklaim sebagian besar wilayah mal telah diamankan.

Sementara itu, Al Shabaab mengaku bertanggungjawab atas serangan di mal tersebut. Mereka mengatakan pasukan Kenya yang berusaha melakukan pendaratan di atap akan membahayakan kehidupan para sandera.

Juru bicara kelompok tersebut, Abu Omar, mengatakan pihaknya mengesampingkan negosiasi untuk melepaskan sandera. Al-Shabaab mengatakan serangan itu dikhususkan bagi non-Muslim.

Sejumlah warga asing dipastikan tewas, termasuk diantaranya warga Prancis, Inggris, India, Kanada, Cina, dan Ghana. Kelompok Somalia tersebut menuntut Kenya menarik pasukannya dari negaranya di mana al-Shabaab tengah berperang melawan pemerintah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement