Selasa 24 Sep 2013 19:22 WIB

Patung-Patung Easter Island Terancam Hancur

Red:
Patung di Easter Island
Patung di Easter Island

WELLINGTON -- Kalau Anda tertarik ingin melihat moai - patung-patung raksasa yang dipahat dari batu di Rapa Nui, juga dikenal sebagai Easter Island - jangan menunda-nunda lagi.

Menurut dua ilmuwan yang meneliti selama bertahun-tahun, patung-patung misterius itu rapuh, rentan dan terancam hancur.

Easter Island adalah sebuah pulau terpencil berbatu-batu dan berbentuk segitiga di Pasifik Selatan, 9.354 kilometer di timur Brisbane. "Patung-patung sangat rapuh dan terancam punah," kata Dr Jo Anne Van Tilburg, seorang arkeolog Amerika yang sudah meneliti moai selama 30 tahun.

Rekan Van Tilburg dari Easter Island Statue Project, Cristián Arévalo Pakarati, mengatakan, ada bukti yang menunjukkan bahwa waktunya sangat mendesak untuk menyelamatkan patung-patung itu.

Pulau Rapa Nui, milik Chile, khususnya terpapar pada cuaca ekstrim, seperti hujan dan angin kencang.

"Temperatur udaranya ekstrim di musim panas dan musim dingin, sehingga patung-patung itu terpapar matahari selama delapan jam sehari dengan panas yang sangat terik dan kemudian tiba-tiba muncul awan," kata Pakarati.

"Bisa dibayangkan reaksi ketika air hujan menyiram permukaan yang sangat panas, sedikit demi sedikit mengakibatkan retak-retak pada permukaan batu."

Dr Van Tilburg mengatakan, ancaman terhadap moai sangat serius.

Lacak pola cuaca, cari penyebab erosi

Dr Van Tilburg dan Pakarati telah mendokumentasi dan membuat gambar setiap moai di Rapa Nui, semuanya berjumlah 1.045 buah.

Fokus mereka adalah moai 156, yang mereka gali dari kawah bekas gunung berapi Rano Raraku.

Sebuah pos cuaca kecil telah didirikan di depannya. "Kami memonitor suhu lingkungan, curah hujan, teparatur, arah angin, kecepatan angin," kata Dr Van Tilburg.

"Dan pada akhir periode lima-tahun, pada waktu kami menyelesaikan proyek ini, kami akan dapat melaporkan apa yang menyebabkan kerusakan patung-patung ini," jelasnya.

Karena moai tertua mungkin berusia 900 tahun, mungkin tidak mengherankan kalau sebagian sudah punah. Banyak patung yang didirikan di atas panggung upacara yang dikenal sebagai ahu, dan yang paling dekat dengan pesisir mengalami kerusakan parah.

Bagian telinga panjang, mata yang dalam, tangan panjang berbentuk sayap dan kepala sudah terkikis atau dalam bebarapa kasus hancur. Tapi sebagian patung, yang terbuat dari batu keras dan terletak di lokasi yang terlindung, masih bagus kondisinya. Sebagian masih berdiri tegak di lokasi-lokasi tertentu, lainnya bersandar atau terbaring di rumput seolah sedang menikmati tidur siang dibawah matahari.

Banyak yang sudah tidak lagi berdiri, sudah jatuh atau mungkin tertabrak ketika terjadi perang antarklan.

Pakarati mengatakan, moai merupakan suatu pemberian besar bagi warga Rapa Nui modern, mendorong turisme Chile dan internasional, melalui penyediaan akomodasi, makanan dan jasa bagi lebih dari 50 ribu orang setiap tahun. Maka, paling tidak sebagian moai perlu dilindungi.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement