REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah membantah kelompok Lebanon tersebut menerima senjata kimia dari Suriah. "Tuduhan ini sangat menggelikan," ujar Nasrallah dilansir Al-Arabiya.
Menurutnya, tuduhan itu memiliki konsekuensi berbahaya bagi Lebanon. "Kami tegas dan meyakinkan untuk menyangkal tuduhan ini yang sama sekali tidak memiliki dasar kebenaran," ujarnya.
Koalisi Nasional Suriah menuduh pemerintah Presiden Presiden Suriah Bashar al-Assad mentransfer senjata kimia bagi Hizbullah untuk menghindari pemeriksaan. Juni lalu, oposisi Tentara Pembebasan Suriah (FSA) melaporkan senjata kimia digunakan pada Rabu lalu di kota Damaskus oleh pejuang Hizbullah dan pasukan yang setia kepada Presiden Bashar al-Assad.
Nasrallah juga mendesak Arab Saudi dan pendukung lain dari oposisi Suriah untuk kembali pada penyelesaian politik. "Anda bertaruh pada kegagalan pilihan militer...solusinya adalah politik dan dialog politik," ujarnya.
Pemimpin Hizbullah juga menuduh negara-negara memblokir jalan menuju dialog politik dan sebaliknya mendukung solusi militer yang akan menghancurkan Suriah. Dia menuduh Arab Saudi mendukung puluhan ribu pejuang asing yang berasal dari seluruh dunia untuk melawan pasukan pemerintah Suriah. Pejuang Hizbullah berjuang di Suriah bersama pasukan Assad.
Berdasarkan kesepakatan AS-Rusia, Suriah harus melucuti senjata kimia. Negara-negara Barat awalnya menuduh pemerintah Assad melakukan serangan kimia yang membunuh ribuan orang di pinggiran kota Damaskus bulan lalu.