NAIROBI -- Dua atau tiga warga Amerika dan seorang perempuan warga Inggris menjadi bagian dari para kelompok militan bersenjata yang menguasai pusat perbelanjaan di Nairobi, Kenya yang menyebabkan sekitar 62 orang tewas.
Menteri Luar Negeri, Amina Mohamed, mengungkapkan warga Amerika yang menjadi sandera berumur antara 18 atau 19 tahun asal Somalia atau Arab diduga terlibat atas aksi penyerangan.
Dia mengatakan bukti bukti menunjukkan bahwa serangan tersebut juga melibatkan seorang wanita Inggris yang telah "pernah melakukan hal yang serupa berkali-kali sebelumnya.” "Jadi itu hanya untuk menggarisbawahi sifat global perang yang bahwa sedang lawan," kata Mohamed.
Seorang warga negara bagian Tasmania, Australia, Ross Langdon dan pasangannya asal Belanda yang sedang hamil, Elif Yavuz berada diantara mereka yang jadi korban dalam peristiwa penyerangan yang dimulai Sabtu (21/9) lalu.
Sejumlah orang saat ini masih menjadi sandera dan masih terdengar bentrokan bersenjata antara pasukan khusus Kenya yang mencoba mengepung komplek perbelanjaan.
Otoritas Kenya menyatakan sudah mengambil alih kontrol, namun letupan senjata masih terdengan dari dalam.
Kementerian dalam negeri menyampaikan semua sandera berhasil dibebaskan dan pasukan kini menyisir kompleks pertokoan untuk mecari militan yang tersisa.
Sebuah laporan menyampaikan masih terdapat satu atau dua orang dari kelompok militan yang berada di lantai atas.
Tapi kelompok militan Somalia, Al Shabaab, yang mengaku bertanggung jawab atas peristiwa penyerbuan mengungkapkan para anggotanya masih bertahan dan mengklaim masih menahan sejumlah sandera.
Mereka berbohong soal jumlah mayat yang tak terhitung yang berada di dalam mal dan menolak berkomentar terkait warga Amerika dan seorang warga Inggris yang termasuk diantara para penyerang.
“Mereka yang menyebutkan ada warga Amerika dan Inggris di kelompok penyerang, tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di dalam,” kata pernyataan itu.
Sejak penyerangan berlangsung, sejumlah orang tewas dan lebih dari 170 orang terluka. Saksi mata menungkapkan bagaimana para penyerang memisahkan warga muslim yang berbelanja.
Mal itu sedang penuh sesak dengan pembeli saat orang orang bersenjata yang diduga kelompok Al Qaeda masuk dan menembakkan senjata otomatis serta melemparkan granat.
Menteri Luar Negeri, Amina Mohamed, mengatakan negaranya masih terkejut atas peristiwa itu.
“Dan apa yang perlu dipelajari? Sebagai pemerintah, kami haru lebih baik lagi,” jelasnya.
"Ini adalah cara yang sama sekali baru buat mereka berperkara. Dan saya pikir kita baru saja melihat berapa banyak kerusakan yang sudah dilakukan,” tutup Mohamed.
ABC/wires