SINGAPURA -- Asosiasi pers luar negeri di Kamboja mengutuk serangan terhadap jurnalis lokal dan asing di Phnom Penh, Kamboja.
Aksi kekerasan terjadi di tengah ketegangan politik saat saat kelompok oposisi memboikot pembukaan Parlemen karena kekhawatiran terkait kecurangan pemilu.
Para jurnalis yang melakukan peliputan aksi protes di Phnom Penh diserang oleh polisi dan orang berpakaian preman yang mengacungkan ketapel dan senjata biaus pada Minggu (22/9) malam lalu.
Sebuah serangan terhadap Presiden Asosiasi Press Luar Neger di Kamboja, Rick Valenzuela, terekam di video.
Valenzuela mengungkapkan pria tak berseragam yang diyakini personil dari polisi militer menariknya dan merebut kamera dari tangan dan dari pundaknya. “Kameranya rusak, saya sedikit terluka,” ujarnya.
Tujuh reporter juga mendapat luka ringan, sementara dua demonstran warga Kamboja terkena ketapel hingga dilarikan ke rumah sakit. Seorang ibu dari aktivis pembela hak tanah matanya terkena marmer seukuran proyektil, demikian juga seorang pria berumur sekitar 73 tahun yang bagian dadanya terkena benda yang sama.
Setidaknya tujuh jurnalis asing dan lokal meliput demonstras ketika listrik sengaja dipadamkan di kawasan itu.
Juru bicara militer Kheng Tito tidak bisa menyebut pasti siapa yang bertanggung jawab atas serangan karena kondisi yang gelap. Sejarawan David Chandler yang juga sekaligus pengamat veteran urusan Kamboja menuding serangan itu kemungkinan sengaja dilakukan oleh pemerintah.
Menurut Chandler, rekaman video menunjukan insiden kekerasan itu diduga mendapat dukungan resmi. “Faktanya, ada keterlibatan orang tak berseragam yang berarti ada orang yang beraksi atas perintah. Orang tak berseragam itu kemungkinan dibayar oleh perempuan.. mereka berada di sana supaya terlihat seperti represi yang biasa seperti hanya polisi,” tuding Chandler.
Kedutaan Besar AS menyerukan agar Pemerintah Kerajaan Kamboja melakukan investigasi yang transparan untuk merespon serangan itu.
Juru Bicara kedutaan John Simmons juga merespon dan mengatakan ada kekhawatiran terhadap laporan kekerasan dan intimidasi di Wat Phnom pada hari Minggu setelah proses pemilihan yang damai.
Kekhawatiran tentang kecurangan pemilu menyusul terpilihnya kembali Hun Sen sebagai perdana menteri lagi.
Partai oposisi Kamboja CNRP memboikot pembukaan parlemen pekan ini dan mengancam menggelar aksi protes di seluruh negera itu terhadap apa yang sebut pemilihan dicuri.