REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Iran akan duduk bersama enam negara besar untuk membicarakan program nuklirnya, Kamis (26/9) besok lusa.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton menyatakan, Iran bakal diwakili Menteri Luar Negerinya, Mohammad Javad Zarif yang ditemuinya Senin (23/9) kemarin. UE optimistis pembicaraan kali ini akan lebih baik dari sebelumnya deadlock.
Dalam pembicaraan itu Ashton melihat semangat dan tekad Iran membicarakan program nuklir mereka dengan Amerika Serikat, Rusia, Cina, Inggris, Prancis dan Jerman.
Aljazeera melaporkan, pertemuan Kamis depan antara kekuatan Barat plus Cina dengan Iran, akan menjadi yang pertama sejak April lalu. Ketika itu diskusi di Almaty, Kazakhstan, yang berfokus menghilangkan kekhawatiran dunia terkait kemungkinan Iran membuat senjata nuklir berakhir buntu.
Menteri Luar Negeri AS, John Kerry kabarnya bakal menghadiri pertemuan Kamis besok. Pertemuan ini juga akan menandai pertemuan pertama antara pejabat AS dengan diplomat Iran setelah lima tahun pertama pemerintahan baru Negeri Para Mullah itu. Pertemuan terakhir dilakukan Condoleezza Rice dengan mantan menlu Iran, Manoucher Mottaki di Sharm el-Sheikh, Mesir pada Mei 2007.
Ashton mengatakan, pertemuan setengah jam dengan Zarif sangat baik dan konstruktif. Namun ia tidak merinci apa yang akan mereka lakukan, karena tujuan pertemuan adalah menetapkan tujuan ke depan. Diakui Ashton, ia dan tim akan kembali bertemu dengan Zarif pada Oktober mendatang, menindaklanjuti pertemuan Kamis depan.
Terpilihnya Hasan Rouhani sebagai Presiden Iran membuka jalan besar bagi penyelesaian program nuklir mereka. Rouhani pun meyakinkan setiap pihak Kemenlu Iran yang akan memimpin pembicaraan nuklir dengan kekuatan dunia.
Rouhani juga menyiratkan ingin membuka pembicaraan diplomatik dengan Amerika Serikat. Hal ini bahkan diperkuat dengan dukungan Pemimpin Spiritual Ayatullah Ali Khamenei, dengan menyatakan tindakan Rouhani sebagai fleksibilitas yang heroik.
Sementara itu Jubir Kemenlu AS, Jen Psaki menyatakan negaranya berharap Pemerintah Iran yang baru terlibat secara substantif dengan masyarakat internasional untuk mencapai solusi diplomatik terkait program nuklir. AS juga meminta Iran bekerja sama sepenuhnya engan Badan Energi Atom Internasional.
Dewan Keamanan PBB selama ini memberlakukan empat putaran sanksi terhadap Iran. Karena DK PBB khawatir Iran berusaha mengembangkan senjata nuklir dan menolak menghentikan program pengayaan uranium.
AS dan sekutunya bahkan memberlakukan sanksi yang mempengaruhi ekonomi Iran sehingga dikritik rakyatnya sendiri. Di sisi lain, Rouhani bersumpah Iran takkan membuat senjata nuklir dalam keadaan apapun.