REPUBLIKA.CO.ID, PBB -- Presiden Prancis, Francois Hollande, mendesak Iran pada Selasa (14/9) untuk meninggalkan program nuklirnya yang selama ini dipermasalahkan banyak negara. Hal tersebut disampaikan Hollande saat bertemu dengan pemimpin baru Iran di Teheran.
"Prancis mengharapkan Iran membuat isyarat konkret untuk menunjukkan bahwa negara itu meninggalkan program nuklir militernya bahkan jika ia punya hak untuk program sipil," kata Hollande dalam Sidang Umum PBB, seperti dilansir dari AFP, Rabu (25/9).
Pada Selasa malam Hollande bertemu dengan Presiden Iran Hassan Rohani, pemimpin moderat yang menyerukan hubungan lebih baik dengan Barat. Kedua pemimpin itu tersenyum di depan kamera dan berjabat tangan sebelum melakukan pembicaraan tertutup di kantor misi Prancis di markas PBB.
"Pertanyaan yang ada adalah untuk mengetahui apakah kata-kata ini dapat mengarah kepada aksi khususnya tentang isu nuklir," kata Hollande dalam Sidang Umum PBB. "Selama pembicaraan selama 10 tahun tak bergerak ke mana-mana," kata dia.
Rohani melakukan kunjungan yang mendapat banyak sorotan ke PBB, tiga bulan setelah dia terpilih dalam pemilihan presiden. Kunjungan itu memunculkan kemungkinan interaksi bersejarah antara Rohani dan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama. Namun, Gedung Putih mengatakan perancangan pertemuan itu terlalu rumit.
Prancis, tak seperti AS, memiliki hubungan diplomatik dengan Iran walaupun Paris juga menekan Teheran soal program nuklirnya. "Saya menerima dialog dengan Presiden Rohani karena dia sendiri menunjukkan keterbukaan," kata Hollande dalam jumpa pers.
Hollande mengulangi kembali bahwa dia tidak menentang kehadiran Rohani di konferensi perdamaian mendatang di Jenewa mengenai Suriah, tetapi mengatakan bahwa fokus harus pada peralihan dari rezim Bashar. "Kalau Iran ingin berperan serta di Jenewa Dua, negara itu harus punya tujuan transisi," kata Hollande.