REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Indonesia menyambut baik sikap Amerika Serikat (AS) yang akhirnya mau memberikan kesempatan bagi ditempuhnya jalan diplomasi bagi penyelesaian Suriah. Menlu Marty Natalegawa mengatakan, sikap itu tak lepas dari imbauan yang dinyatakan sejumlah negara. Termasuk Indonesia oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada KTT G20 di Saint Petersburg.
Indonesia, ujar Marty, merupakan salah satu negara yang menegaskan adanya pilihan tengah dalam menangani masalah Suriah. "Pilihannya tidak harus antara tidak bertindak dan bertindak dengan menggempur Suriah dengan kekuatan, melainkan dengan diplomasi," kata Marty di Markas Besar PBB, New York, Selasa (24/9) waktu setempat.
"Kami kira (imbauan) itu memberikan pengaruh yang cukup penting sehingga berkat upaya diplomasi dari Rusia dan AS, telah dicapai kesepakatan soal pemusnahan senjata kimia di Suriah," tambahnya.
Presiden AS Barack Obama ketika menyampaikan pidato saat pembukaan Debat Umum PBB. Ia memperingatkan, AS tetap menyiapkan penggunaan kekuatan militer untuk melindungi kepentingannya menyangkut masalah senjata kimia Suriah.
Namun pada saat yang sama, ia juga mengatakan penyelesaian diplomatik merupakan jalan yang lebih baik. Sejauh hal itu didukung dengan ancaman militer yang kredibel. Obama menyeru Dewan Keamanan PBB untuk memastikan, persediaan senjata kimia Suriah benar-benar dimusnahkan dengan mengikuti ketentuan hukum internasional.
Menlu Marty menyiratkan kepuasan Indonesia bahwa proses diplomasi dalam penanganan masalah penggunaan senjata kimia di Suriah sudah bergulir. Tenggat waktu yang pertama, yaitu pemberitahuan oleh Suriah soal jumlah dan tempat senjata mereka ditempatkan, telah dipenuhi pemerintah Suriah, Jumat pekan lalu.
Yang harus dipastikan saat ini, ujarnya, adalah jendela diplomasi itu dapat benar-benar ditindaklanjuti. "Jadi jangan sampai nanti di Dewan Keamanan masalahnya kembali mengalami kebuntuan. Ini yang kita prihatinkan," ujarnya.
Pandangan Indonesia itu, ungkap Marty, akan disampaikannya dalam pertemuan bilateral dengan Menlu Suriah Walid Muallem serta Menlu AS John Kerry, yang dijadwalkan berlangsung Jumat (27/9).