REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Penyerang di pusat perbelanjaan Nairobi, Al Shabab menuduh pasukan pemerintah Kenya menggunakan senjata kimia dalam serangan. Hal itu dinilai yang menyebabkan korban tewas dari sandera warga sipil mencapai 137 orang.
Dalam kicauannya di akun twitter, Al Shabab mengatakan telah gagal mengalahkan mujahidin di dalam mal karena pemerintah menyebarkan gas kimia untuk mengakhiri pengepungan. Mereka mengatakan untuk menutupi kejahatan, pemerintah Kenya membuat gedung runtuh, mengubur bukti, dan semua sandera di dalam reruntuhan.
Juru bicara pemerintah, Manoah Esipisu menolak tuduhan tersebut. Dia mengatakan tidak ada senjata kimia yang digunakan. Korban tewas dari warga sipil secara resmi masih berjumlah 61 orang. Dia mengatakan beberapa lantai mal runtuh setelah kebakaran yang dipicu anggota Al Shabab dan menyebabkan kelemahan struktur di tempat parkir lantai tiga. Tempat parkir kemudian runtuh ke lantai dua sampai lantai satu atau lantai
"Al Shabab dikenal dengan tuduhan liar dan sama sekali tidak ada kebenaran dari apa yang mereka katakan," ujarnya dikutip Aljazirah, edisi Rabu (25/9) waktu setempat.
Kenya memulai hari berkabung nasional selama tiga hari pada Rabu kemarin. Malam sebelumnya, Presiden Uhuru Kenyatta mengatakan penyerang telah dikalahkan. Serangan itu merupakan balas dendam setelah pasukan Kenya masuk ke wilayah Somalia dimana Al Shabab tengah berjuang melawan pemerintahan setempat.