Sabtu 28 Sep 2013 06:39 WIB

Kenya Tetap Tempatkan Pasukan di Somalia Perangi Al Shabaab

Anggota pasukan pertahanan Kenya terlihat menggotong seorang rekannya yang terluka keluar dari Westgate Mall, Kenya.
Foto: theage.com.au
Anggota pasukan pertahanan Kenya terlihat menggotong seorang rekannya yang terluka keluar dari Westgate Mall, Kenya.

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI-- Menteri Dalam Negeri Kenya Joseph Ole Lenku mengatakan, Jumat (28/9), negaranya tidak akan memenuhi tuntutan Al-Shabaab untuk menarik pasukan dari Somalia setelah serangan mematikan terhadap sebuah pusat perbelanjaan di Nairobi oleh kelompok militan tersebut.

"Kami pergi ke Somalia karena Al-Shabaab merupakan ancaman bagi keamanan nasional. Kami akan terus bertindak sampai keamanan dan kepentingan kami di negara ini terlindungi," katanya kepada wartawan.

Pemimpin Al-Shabaab Somalia, Ahmed Abdi Godane mengatakan, serangan terhadap mall di Nairobi yang menewaskan 67 orang merupakan "pesan kepada Barat", yang "mendukung invasi Kenya (ke Somalia) yang menumpahkan darah muslim demi kepentingan perusahaan-perusahaan minyak mereka".

Dalam sebuah pesan suara yang dipasang di situs garis keras, Godane mengancam melancarkan serangan mematikan lebih lanjut kecuali jika Kenya menarik pasukannya dari Somalia. Dalam pengepungan selama empat hari di mall Nairobi, lima penyerang juga tewas, dan Lenku mengatakan bahwa polisi kini menahan delapan tersangka.

"Kami beroperasi di bawah undang-undang terorisme yang menetapkan tersangka bisa ditahan untuk kurun waktu lebih lama sebelum mereka dibawa ke pengadilan," kata Lenku. Tiga orang lain yang ditangkap telah dibebaskan tanpa tuduhan.

Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di pusat perbelanjaan itu, yang dimulai Sabtu siang, ketika orang-orang bersenjata menyerbu ke dalam kompleks pertokoan itu dengan menembakkan granat dan senjata otomatis serta membuat pengunjung toko yang panik lari berhamburan untuk menyelamatkan diri.

Kelompok itu menyandera sejumlah orang dan terlibat dalam ketegangan dengan polisi dan pasukan hingga Selasa, ketika Presiden Kenya Uhuru Kenyatta mengumumkan bahwa bentrokan telah berakhir dan sedikitnya 67 orang tewas.

Kenya, yang menjadi tempat tinggal banyak warga Somalia, dilanda gelombang serangan, terutama di Nairobi dan kota pelabuhan Mombasa, serta Garissa, setelah pasukan negara itu memasuki Somalia pada Oktober 2011 untuk menumpas kelompok gerilya garis keras Al-Shabaab, ya

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement