REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM -- Mencairnya hubungan Amerika Serikat (AS) dan Iran tak membuat semua pihak bahagia. Kecurigaan kini menyerang negara-negara Arab yang selama ini menjadi sekutu AS, termasuk sekutu terdekat Paman Sam, Israel.
Menjelang kepulangannya ke Teheran, Jumat (27/9), Presiden Iran Hassan Rouhani dan Presiden AS Barack Obama berbincang lewat telepon. Dua kepala negara ini sama-sama bersepakat perlunya penyelesaian isu nuklir Iran.
Sejumlah pengamat menyatakan, kehangatan AS terhadap Iran mengkhawatirkan, seakan membawa masuk rival utama ke dalam lingkaran pertemanan. Satu akademisi di negara Teluk menulis dalam akun Twitter-nya,''Ini seperti runtuhnya Tembok Berlin.''
Jamal Khasoggi, jurnalis kenamaan di Arab Saudi yang dekat dengan keluarga kerajaan, termasuk yang memandang skeptis. ''Ada kecurigaan bahkan paranoia mengenai kesepakatan rahasia Amerika dan Iran,'' katanya seperti dikutip New York Times, Ahad (29/9).
Hal yang menjadi perhatiannya, AS menerima Iran apa adanya. Jadi, ujar Khasoggi, Iran bakal tetap menjalankan kebijakan lamanya berupa agresi dan ekspansionisme. Tak hanya Arab Saudi yang merasakan kekhawatiran itu, negara-negara Arab lainnya pun demikian.
Bagi Israel, Iran masih dianggap sponsor terorisme karena mendukung Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Gaza, yang bermusuhan dengan Israel. ''Rezim bisa berubah tapi kebencian pada Israel tidak,'' kata Ketua Studi Timur Tengah di Universitas Tel Aviv Uzi Rabi.
Meski demikian, belum ada reaksi resmi baik dari Arab Saudi maupun Israel terkait komunikasi Obama dan Rouhani lewat telepon. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta para menterinya tak banyak berkomentar.
Selepas Rouhani pulang ke Teheran, Obama memang memiliki agenda pertemuan dengan Netanyahu, Senin (30/9). Isu yang dibahas dipastikan salah satunya soal Iran.
Obama yang telah berbicara hangat dengan Rouhani kemungkinan berdebat sengit dengan Netanyahu. Jelang terbang ke Washington, Sabtu (28/9) malam, Netanyahu pun sudah menyampaikan kata-kata pedas.
Menurut dia, Rouhani jelas menggunakan pendekatan diplomatis sebagai taktik membodohi Barat. Pada saat bersamaan, kata Netanyahu, Iran terus melakukan pengayaan uranium. ''Fakta harus diungkapkan di tengah pembicaraan yang manis dan tebaran senyuman,'' ucap Netanyahu.
Seorang sumber yang dekat dengan Gedung Putih mengungkapkan skenario Obama saat bertemu Netanyahu. Obama akan menekan Netanyahu untuk bersabar. Paling tidak, dia diminta memberikan sedikit waktu bagi Rouhani untuk membuktikan semua ucapannya. Obama juga akan meyakinkan Israel bahwa AS tak akan mencabut sanksi bagi Iran secara prematur.
Profesor Hubungan Intenasional Mohammad Ali Bassiri, menulis di Etemad, harian proreformasi Iran, bahwa tantangan besar dalam hubungan Iran-AS adalah Israel. Ia menyatakan Zionis takkan membiarkan hubungan dua negara itu terjalin karena merusak kepentingan mereka.