REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Perdana Menteri Australia, Tony Abbott dijadwalkan mengunjungi Indonesia meski ketegangan kedua negara meningkat karena kebijakan pencari suaka.
Abbott yang terpilih menjadi perdana menteri awal bulan ini, berencana mengirim kembali kapal migran ilegal kembali ke Indonesia. Kebijakan itu berisiko melanggar kedaulatan negara.
Pekan lalu, sedikitnya 32 pencari suaka tenggelam saat kapalnya karam di perairan Indonesia. Abbott dijadwalkan menggelar pertemuan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selama kunjungan dua hari ke Indonesia. Ini merupakan kunjungan ke luar negeri pertama kali sejak Abbott jadi perdana menteri.
Menjelang keberangkatannya, Abbott ingin meredakan ketegangan kedua negara. Ia mengatakan ingin fokus pada isu-isu penting lainnya termasuk perdagangan. Karenanya, Abbott membawa puluhan pemimpin bisnis Australia ke Jakarta.
"Ini adalah harapan saya, kunjungan ini membangun konvensi bagi semua yang akan menjadi perdana menteri ke depan untuk membuat Jakarta sebagai pelabuhan pertama untuk dikunjungi di luar negeri," ujar Abbott dikutip BBC, Senin (30/9).
Namun, insiden pekan lalu di perairan Indonesia dinilai akan membuat masalah suaka menjadi fokus pembicaraan. Korban yang selamat dari insiden itu menuduh angkatan laut Australia gagal merespon.
Canberra mengatakan telah menyediakan semua kebutuhan pendampingan untuk kapal. Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan kebijakan Abbott dapat membuat kerjasama tentang pencari suaka berada dalam risiko.
Sebelum pemilihan pada September, Abbott mengkampanyekan kebijakan untuk menghentikan kapal pencari suaka. Isu itu mendorongnya ke kursi kekuasaan. Ratusan migran tewas saat berusaha mencapai pantai Australia dalam beberapa tahun terakhir. Banyak dari mereka menuju Pulau Christmas, sebuah wilayah terpencil Australia di Samudera Hindia.