Senin 30 Sep 2013 14:18 WIB

Warga Muslim Sembunyi di Myanmar Usai Konflik Sektarian

Muslim Myanmar mendapat diskriminasi di negaranya
Muslim Myanmar mendapat diskriminasi di negaranya

REPUBLIKA.CO.ID, YANGOON -- Warga Muslim yang ketakutan bersembunyi di rumah mereka di barat laut Myanmar, setelah polisi bersenjata membubarkan massa Buddhis yang membakar rumah-rumah dan mengelilingi masjid dalam ketegangan sektarian yang baru-baru ini terjadi.

Bentrokan antara mayoritas umat Buddha dan Muslim telah menewaskan setidaknya 237 orang dan membuat 150.000 orang menjadi tunawisma sejak Juni 2012.

Kekerasan yang mengancam bertujuan melemahkan reformasi politik dan ekonomi yang diluncurkan dalam dua tahun sejak pemerintahan kuasi-sipil menggantikan junta militer.

Situasi di kota Thandwe menjadi genting setelah polisi melakukan penertiban dengan mematik tembakan ke udara untuk membubarkan massa pada Minggu malam, kata dua sumber keamanan, yang enggan disebut namanya karena mereka tidak berwenang untuk berbicara kepada media.

Thandwe, yang terletak 260 km dari ibukota Yangon, berada di wilayah Rakhine, yaitu wilayah yang paling parah. Seperti pada beberapa serangan dalam kerusuhan komunal sebelumnya, perselisihan kecil memicu kemarahan.

"Kami sekarang ketakutan dan bersembunyi di dalam rumah, seperti sebelumnya," kata Ketua Partai Muslim Kaman Kyaw Zan Hla melalui telepon, yang menambahkan bahwa sekitar 200 orang bergabung dalam kerumunan massa, beberapa mengunakan masker dan membawa obor, Senin (30/9).

Kyaw mengatakan ia sendiri terlibat dalam masalah berturut-turut setelah ia menolak pria Buddha yang hendak memarkir sepeda motor di depan rumahnya, Sabtu malam, dan rumor menyebar bahwa ia telah menghina agama Buddha.

Polisi melaporkan tidak ada korban tewas atau cedera akibat insiden di Thandwe, yaitu rumah bagi para wisatawan yang berkunjung ke resort di pantai Ngapali di dekatnya.

Pada April, pemerintah mengatakan 192 orang tewas pada bentrokan yang terjadi Juni dan Oktober 2012 antara etnis Rakhine Buddha dan Muslim Rohingya, yang kebanyakan orang Myanmar menganggapnya sebagai imigran ilegal dari Bangladesh, meskipun akar masalah terjadi turun temurun.

Perserikatan Bangsa Bangsa telah mendeskripsikan Rohingya sebagai "virtuality friendless" atau hampir tanpa kawan. Diperkirakan lima persen dari populasi Myanmar atau sekitar 60 juta penduduk adalah Muslim.

Bentrokan antara Rohingya dan Rakhine pada Juni 2012 menyebabkan kerusuhan di tempat lain di negeri tersebut, di mana kelompok-kelompok Muslim lainnya menjadi target, termasuk Kamans, yang berbeda etnis dengan Rohingya dari.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement