Selasa 01 Oct 2013 05:55 WIB

Gerilyawan Al-Shabaab: Tak Ada 'Janda Putih' dalam Serangan di Nairobi

Seorang tentara mengevakuasi pengunjung mall Westgate di Nairobi, Kenya, yang diserang gerilyawan pada 21 September.
Foto: EPA/Kabir Dhanji
Seorang tentara mengevakuasi pengunjung mall Westgate di Nairobi, Kenya, yang diserang gerilyawan pada 21 September.

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Gerilyawan Al-Shabaab Somalia menegaskan, Senin, tidak ada wanita yang terlibat dalam serangan terhadap pusat perbelanjaan Westgate di Nairobi, ibu kota Kenya.

Pernyataan itu membantah spekulasi bahwa "Janda Putih" Samantha Lewthwaite mengambil bagian dalam serangan mematikan tersebut.

 

"Kami sekali lagi menegaskan bahwa tidak ada wanita yang terlibat dalam serangan di Westgate," kata Al-Shabaab di Twitter, dengan menambahkan bahwa kelompok tersebut memiliki kebijakan "tidak mempekerjakan wanita untuk misi-misi semacam itu".

 

"Sepekan setelah (serangan) Westgate, pemerintah Kenya dan aparat intelijen Barat gagal menemukan fakta dan rincian mengenai Operasi Westgate," katanya, dengan memuji minimnya informasi mengenai penyerang dan rincian tentang bagaimana pembunuhan itu direncanakan dan dilaksanakan.

 

"Pemerintah Kenya masih mengejar ekornya dengan berpegangan pada gagasan tanpa harapan bahwa seorang wanita memimpin serangan itu," kata kelompok tersebut dalam pernyataan lain di Twitter.

 

Sembilan tersangka saat ini telah ditahan dalam kaitan dengan serangan tesebut, yang merupakan salah satu serangan terburuk dalam sejarah Kenya.
Menteri Dalam Negeri Kenya Joseph Ole Lenku mengatakan, 156 saksi telah memberikan keterangan, sementara penyelidik Kenya dan asing berusaha menyatukan potongan-potongan peristiwa selama pengepungan 80 jam itu.

 

Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di pusat perbelanjaan itu, yang dimulai Sabtu siang (21 September), ketika orang-orang bersenjata menyerbu ke dalam kompleks pertokoan itu dengan menembakkan granat dan senjata otomatis serta membuat pengunjung toko yang panik lari berhamburan untuk menyelamatkan diri.

 

Kelompok itu menyandera sejumlah orang dan terlibat dalam ketegangan dengan polisi dan pasukan hingga Selasa (24 September), ketika Presiden Kenya Uhuru Kenyatta mengumumkan bahwa bentrokan telah berakhir dan sedikitnya 67 orang tewas. Palang Merah menyatakan, Senin, 39 orang lagi masih hilang.

 

Sejumlah saksi yang dikutip New York Times menyebutkan, sedikitnya dua dari penyerang adalah wanita, dan ada laporan-laporan kelompok itu mungkin dipimpin oleh militan Inggris Samantha Lewthwaite.

 

Lewthwaite (29), yang dikenal sebagai "Janda Putih", adalah seorang mualaf dan janda dari Germaine Lindsay, salah satu dari empat penyerang bom bunuh diri yang beraksi di jaringan transportasi London pada Juli 2005 yang menewaskan 52 orang.

 

Kenya, yang menjadi tempat tinggal banyak warga Somalia, dilanda gelombang serangan, terutama di Nairobi dan kota pelabuhan Mombasa, serta Garissa, setelah pasukan negara itu memasuki Somalia pada Oktober 2011 untuk menumpas kelompok gerilya garis keras Al-Shabaab, yang mereka tuduh bertanggung jawab atas penculikan dan serangan bom di dalam wilayah Kenya.

 

Pasukan Kenya menyerang pangkalan-pangkalan Al-Shabaab sejak dua tahun lalu dan kemudian bergabung dengan pasukan Uni Afrika berkekuatan 17.700 orang yang ditempatkan di Somalia.

 

Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama beberapa tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah Somalia dukungan PBB.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement