REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Kementerian Palestina urusan Tahanan dan Eks-tahanan mengatakan pasukan penjajah Israel menangkap sekitar 10 ribu warga Palestina sejak pecahnya Intifadah Kedua (Al-Aqsha) pada September 2000.
Kementerian itu mengatakannya dalam sebuah laporan pada kesempatan perayaan ke-13 Intifada Kedua yang juga dikenal sebagai Intifadah Al-Aqsha pada Sabtu (28/9).
Kementerian mengatakan Israel menahan 250 anak-anak di penjara dan kamp penahanan di wilayah Palestina yang dijajah Israel dan Tepi Barat.
Intifadah Al-Aqsha pecah pada 28 September 2000 menyusul kunjungan pemimpin sayap kanan Israel, Ariel Sharon, ke Masjid Al-Aqsha.
Kementerian Tahanan Palestina itu mengatakan sekitar 90 persen dari anak-anak Palestina ditangkap dari rumah mereka selama kampanye penangkapan di mana tentara penjara Israel biasanya membawanya setelah tengah malam.
''Kementerian mengungkapkan mayoritas dari mereka dipaksa untuk menandatangani pengakuan tertulis dalam bahasa Ibrani,'' sebut laporan IINA yang diberitakan Mi’raj News Agency.
Menurut kementerian itu, anak-anak Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel dalam keadaan yang sangat sulit. Mereka mengalami pelanggaran selama penangkapan dan selama proses pengadilan mereka.
Kementerian mengatakan otoritas penjara Israel menempatkan mereka di bawah tekanan psikologis dan beberapa sipir menganiaya beberapa anak.