Selasa 01 Oct 2013 14:49 WIB

Israel Pertimbangkan Gabung Traktat Larangan Senjata Kimia

Rep: Nur Aini/ Red: Mansyur Faqih
Shimon Peres
Foto: Reuters/Beck Diefenbach
Shimon Peres

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Presiden Israel Shimon Peres mengaku tengah mempertimbangkan untuk bergabung dengan traktat internasional yang melarang penggunaan senjata kimia. Ini menyusul Suriah menyatakan akan menghancurkan senjata kimianya. 

Israel merupakan salah satu dari enam negara di dunia yang tidak bergabung dalam konvensi senjata kimia 1997. "Saya yakin pemerintah akan mempertimbangkannya dengan serius," ujar Peres dilansir Al-Arabiya, Senin (1/10). 

Israel tidak pernah mengakui secara terbuka kepemilikan senjata kimia. Menteri Intelijen Yuval Steinitz mengatakan bulan ini, Israel akan siap untuk mendiskusikan isu tersebut ketika perdamaian tercapai di Timur Tengah. Peran Peres sebagai kepala negara hanya seremonial tetapi dia merupakan tokoh yang berpengaruh di tingkat dunia. 

Di bawah kerjasama proposal AS-Rusia, Suriah berkomitmen menghancurkan senjata kimianya dalam sembilan bulan. Persediaan senjata kimia Suriah diyakini mencapai seribu ton sarin, mustard, dan zat saraf XV. Suriah menghabiskan puluhan tahun untuk membuat program senjata kimia. Sebagian besar untuk melawan superioritas Israel di Timur Tengah. 

Peres mengatakan Suriah hanya bergabung dengan konvensi ketika menghadapi ancaman serangan militer. Tetapi, tambahnya, Israel akan mempertimbangkan permintaan sekjen PBB yang menginginkan semua negara menandatangani traktar tersebut. Negara lain yang tidak bergabung di konvensi itu adalah Myanmar, Mesir, Angola, Korea Utara, dan Sudan Selatan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement