REPUBLIKA.CO.ID, HARARE-- Jumlah gajah yang mati karena diracuni dengan menggunakan sianida di salah satu taman permainan terbesar di Afrika naik jadi 90 ekor. Kasus pembantaian ini adalah perburuan gelap paling buruk yang pernah dihadapi Zimbabwe selama bertahun-tahun, demikian seorang pejabat, Selasa (1/10).
Manager Hubungan Masyarakat Dinas Pengelola Margasatwa dan Taman Nasional Caroline Washaya-Moyo memberitahu Xinhua satu bulan setelah penemuan pertama gajah yang diracuni, jumlah bangkai gajah di Hwange National Park terus bertambah dan pihak berwenang tak bisa mengatakan bahwa itu sudah berakhir.
"Kami tidak tahu. Kami masih melakukan penyelidikan," katanya. Dua dari delapan pemburu gelap yang ditangkap dijatuhi hukuman 16 tahun penjara, Rabu lalu (25/9). Pemburu gelap tersebut dikatakan mencampur sianida, yang sangat beracun, di lubang air tempat gajah biasanya minum selama musim kering.
Kasus perburuan gelap itu, yang paling serius di Zimbabwe selama bertahun-tahun, membuat terkejut pemerintah. Insiden itu memicu pembentukan dana taktis guna mengerahkan pelestarian margasatwa.
Butuh waktu lama bagi otoritas untuk mendeteksi tindakan keji tersebut, yang diduga telah dimulai pada Mei. Taman bermain itu memiliki sedikit petugas karena kekurangan sumber daya, demikian laporan Xinhua.
Sejauh ini, tiga delegasi menteri senior telah mengunjungi taman itu untuk menilai situasi yang sejak itu telah berubah menjadi bencana ekologi sementara sejumlah hewan lain yang memakan bangkai hewan dan minum dari tempat air yang diracuni juga telah mati.
Taman Hwange seluas 14.650 kilometer persegi tersebut adalah suaka alam terbesar ketiga di Afrika setelah Serengeti di Tanzania dan Kruger National Parks di Afrika Selatan. Fasilitas memiliki sebanyak 45.000 gajah, sebanyak 40 persen dari populasi gajah di negeri itu.