REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia dan Cina sepakat untuk melakukan perjanjian pertukaran mata uang. Besarannya mencapai 100 miliar yuan. Kesepakatan ini dilakukan kedua negara untuk memastikan kelancaran perdagangan bilateral terlepas dari kondisi keuangan global yang terjadi saat ini.
Presiden Cina Xi Jinping mengatakan, kedua negara mendorong kerja sama kemitraan strategis komprehensif. Indonesia dan Cina dikatakan memiliki kepentingan yang luas, terutama di bidang perdagangan, investasi, infrastruktur, dan energi.
"Maka perlu mendorong lebih lanjut kerja sama tersebut. Kedua pihak menandatangani persetujuan tentang pertukaran mata uang bilateral senilai 100 miliar yuan," katanya, Rabu (2/10).
Sejumlah perluasan kerja sama pun telah disepakati bersama. Tak hanya investasi dan perdagangan, tetapi juga bidang perindustrian, pembangunan infrastruktur, transportasi, energi, dan keuangan. Tak ketinggalan kesepakatan peningkatan kerja sama di bidang maritim dan perikanan serta pertahanan dan keamanan.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku senang karena kerja sama kedua negara terus meningkat baik ekonomi mau pun non-ekonomi dan sepakat untuk meningkatkannya di masa mendatang. Namun ia mengharapkan kerja sama, terutama di sektor perdagangan bisa seimbang.
Dikatakannya, kerja sama di perdagangan yang hingga saat ini mencapai 51 miliar dolar AS sepakat untuk ditingkatkan. "Kita sepakat untuk terus tingkatkan dan tentu perdagangan yang semakin kuat dan berimbang dan akan membawa manfaat riil baik bagi Tiongkok mau pun Indonesia," katanya.
SBY juga mendukung kepemimpinan Cina untuk menjadi tuan rumah APEC pada tahun mendatang. "Bukan hanya di tingkat bilateral tetapi kemitraan yang strategis dan komperhensif ini juga bisa kita wujudkan dalam tingkat yang lebih luas yaitu lingkup kawasan mau pun dunia," katanya.