Kamis 03 Oct 2013 19:54 WIB

Dino: Government Shutdown di AS Tak Akan Lama

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Heri Ruslan
Indonesian Ambassador to US, Dino Patti Djalal (file photo)
Foto: Antara/Reno Esnir
Indonesian Ambassador to US, Dino Patti Djalal (file photo)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal mengaku tidak terlalu mengkhawatirkan penutupan sebagian layanan pemerintahan federal Amerika Serikat (government shutdown).  Dino meyakini government shutdown tidak akan berlangsung lama.

"Ini sudah 17 kali terjadi.  Bacaan saya juga tidak terlalu lama," ujar Dino kepada wartawan seusai peluncuran kajian yang bertajuk "Partners in Prosperity: US Investment in Indonesia" yang dilansir pada, Kamis (3/10).

Akan tetapi, Dino menyebut kewaspadaan harus ditingkatkan apabila government shutdown berlangsung lebih lama.  Pemimpin sejumlah negara dan organisasi skala global pun telah menyampaikan kekhawatirannya apabila kisruh yang disebabkan pertentangan Partai Republik dan Partai Demokrat tersebut. 

"Tentu akan berdampak ke ekonomi dunia," ujar Dino.  Dino kemudian menekankan pentingnya menjaga investor asing, khususnya yang telah berinvestasi di dalam negeri.  Lebih lanjut, peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat ini mengatakan masyarakat AS sebenarnya telah jenuh dengan perdebatan di kongres.

Bahkan, berdasarkan perbincangannya dengan sejumlah orang, Dino mengatakan kondisi saat ini sangat mencerminkan terpolarisasinya politik di AS.  "Sekarang sangat terpolarisasi.  Sebelumnya tidak pernah seperti ini.  Oleh karena itu, kita harapkan mereka bisa segera menemukan solusi terkait masalah ini," kata Dino. 

Ditemui di tempat yang sama, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar mengatakan government shutdown memiliki pengaruh kepada investasi di dalam negeri.  Meskipun begitu, Mahendra menilai pengaruhnya tidak terlalu besar. 

"Masalah ini mungkin juga tidak terlalu dalam.  Lagi pula, apa sih yang harus kita lakukan? hanya bercemas diri kan," ujar mantan Wakil Menteri Keuangan II tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement