Jumat 04 Oct 2013 21:50 WIB

Banjir di Thailand Renggut Puluhan Korban Jiwa

Red:
Thailand banjir
Thailand banjir

BANGKOK -- Puluhan orang meninggal dalam banjir di Thailand yang mempengaruhi nasib hampir tiga juta warga dalam dua minggu terakhir, demikian dikatakan oleh pihak berwenang.

Kendati mempengaruhi jutaan warga dan merenggut korban jiwa, para pakar kurang sependapat dengan kekuatiran bahwa tinggi permukaan air dalam banjir tahun 2013 ini boleh jadi akan mencapai tingkat di tahun 2011, yakni yang terburuk dalam setengah abad. Saat itu lebih dari 800 orang tewas dan lahan pertanian dan industri hancur.

Puluhan orang juga tewas dalam banjir beberapa minggu terakhir ini di Kamboja, Laos dan Vietnam.

Pejabat-pejabat juga mengatakan, badai tropis Wutip telah melewati Thailand tanpa menimbulkan kerusakan serius, walaupun meninggalkan kehancuran di Vietnam.

[removed]// [removed]
Audio: Thailand Floods (ABC News)

Analis banjir dan Direktur Pusat Iklim dan Bencana pada Universitas Rangsit di Bangkok, Seree Supratid, mengatakan kepada Radio Australia, bahwa walaupun kerusakannya signifikan, tidak mungkin akan terjadi tingkat kerusakan sehebat yang dialami di tahun 2011. 

"Air sungai membludak dalam banjir bulan September 2011. Itu tidak kita lihat sekarang. Ini jauh dari kondisi banjir di tahun 2011," katanya.

Menurut para pejabat, 32 dari 77 provinsi mengalami banjir sejak pertengahan bulan September, mengakibatkan lebih dari 15-ribu orang terpaksa mengungsi. 

Seree Supratid mengatakan, tinggi permukaan air masih jauh di bawah tanggul sungai, jadi tidak ada kemungkinan terjadi banjir kiriman dari hulu seperti di tahun 2011.

Ia juga mengatakan risiko yang dihadapi lahan industri dan pertanian juga tidak terlalu besar.

"Saya jamin ini tidak akan berdampak pada zona industri seperti di tahun 2011," katanya.

Ia menjelaskan, karena air dalam sungai saat ini tidak sebanyak waktu itu, kita akan lebih bisa menahan aliran air dari lahan-lahan yang banjir.

Banjir tahun 2011 berdampak pada pariwisata dan angkutan, dan menggenangi banyak lahan industri di Thailand.

Ekspor suku cadang otomotif terganggu, demikian juga pemasokan hard drive untuk computer, mengakibatkan kekurangan stock di seluruh dunia.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement