Jumat 04 Oct 2013 18:41 WIB

Kremlin Kecewa Obama-Putin Urung Bertemu di Bali

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Barack Obama membahas Suriah hari Senin (17/6) di sela-sela pertemuan puncak G8 di Irlandia Utara
Foto: Reuters
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Barack Obama membahas Suriah hari Senin (17/6) di sela-sela pertemuan puncak G8 di Irlandia Utara

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kremlin pada Jumat menyatakan kecewa atas keputusan Presiden Amerika Serikat Barack Obama membatalkan kunjungannya ke Asia, tempat ia diharapkan membicarakan kemelut Suriah dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Kami kecewa dengan ketiadaan pertemuan itu," kata kantor berita Rusia, yang mengutip pernyataan juru bicara Putin Dmitry Peskov.

"Ada satu kebutuhan besar dalam hubungan bilateral kita pada tingkat paling tinggi," kata Peskov.

Kedua pihak "memiliki kebutuhan besar dalam agenda mereka, termasuk masalah-masalah internasional paling penting Suriah."

Obama membatalkan kunjungan ke KTT APEC (Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik) di Bali dan setelah itu KTT Asia Timur di Brunei Darussalam karena krisis anggaran federal yang melanda AS.

Penasehat kebijakan luar negeri Putin Yury Ushakov, Kamis mengatakan kedua presiden itu mungkin dapat bertemu di sela-sela KTT Bali untuk membicarakan masalah-masalah termasuk krisis Suriah.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry diperkirakan akan mewakili Washington dalam dua KTT itu.

Peskov mengatakan Putin sendiri mungkin tidak akan bertemu dengan Kerry di Bali tetapi diplomat penting Washington itu dapat berunding sejawat Rusianya Sergei Lavrov.

Rusia dan AS mencapai satu kesepakatan bulan lalu untuk melucuti senjata-senjata kimia pemerintah Suriah setelah serangan senjata kimia 21 Agustus di pinggiran Damaskus yang Washington katakan menewaskan 1.400 orang.

Rencana perlucutan senjata kimia itu semula direncanakan sebagai bagian dari usaha-usaha untuk melindungi pemerintah Presiden Suriah Bashar al Assad dari serangan-serangan militer yang dipimpin AS yang Obama ancam setelah insiden 21 Agustus itu.

Rusia bersikeras bahwa roket-roket yang diisi zat sarin ditembakkan oleh pemberontak Suriah yang berusaha menarik Barat dan pemerintah -pemerintah Arab untuk m4ndukung mer4ka dalam konflik yang menewaskan lebih dari 115.000 orang itu.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement