REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Presiden Cina Xi Jinping kembali membuka peluang diskusi politik bersama Taiwan. Hal tersebut menandai terbukanya kembali persatuan Cina.
''Melihat kedepan, perdebatan politik tentang kita harus mencapai solusi akhir,'' demikian ucap Jinping, lewat utusannya Vincent Siew kepada Presiden Taiwan Ma Ying-jeou , Ahad (6/10).
Jinping memberikan misi diplomatik kepada Siew untuk bertemu Ying-jeou. Keduanya mengambil waktu pembicaraan empat mata di sela-sela Forum Negara Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Bali, Indonesia, Ahad (6/10).
Pertemuan keduanya adalah pertama kali sejak Jinping menguasai Partai Komunis Cina (PKC).Jinping yang baru dilantik menjadi preisden Maret lalu itu pun, meminta pantarannya dari Taipe itu mengukur eskalasi tinggi akibat ketegangan yang tidak selesai selama ini.
Menurut dia, persoalan Taiwan dan Cina tidak bisa terus menerus diwariskan antar generasi.Jinping menawarkan kembali konsep Satu Cina bagi untuk Ying-jeou agar Taiwan kembali ke ibu pertiwi.
''Saya sudah mengatakan, bersedia untuk melakukan konsultasi yang sama, agar prinsip Satu Cina kembali mendapat pengaturan,'' sambung dia.Taiwan semula adalah satu provinsi terluar di sebelah tenggara Cina.
Wilayah seluas tidak kurang dari 36 ribu kilo meter persegi itu menjadi basis kelompok nasionalis Cina sejak 1949. Namun bercokolnya komunisme membiat wilayah kepulaun itu memaksa memerdekakan diri.
Meski begitu, pada 1992 Taiwan resmi menjadikan Kota Taipe sebagai ibu kota negara baru itu. Namun hingga sekarang Beijing tidak mengakui. Hanya saja mayoritas anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengakui Taiwan sebagai negara. Termasuk Indonesia.
Di forum serupa, Ying-jeou mengatakan mendengar tawaran Jinping. Akan tetapi, dia menegaskan tidak akan mengambil tawawan itu. Presiden sejak 2008 itu mengatakan, tidak akan ada pembicaraan politik apapun dengan Cina selama dirinya memimpin Taipe.