REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Sedikitnya 15 orang tewas dalam bentrokan di Mesir antara pasukan keamanan dan pendukung Muhammad Mursi, Ahad (6/10). Pejabat kementerian kesehatan Khaled al-Khatib mengatakan, 83 orang juga cedera dalam bentrokan di sejumlah daerah di Mesir.
Para pendukung Mursi dan Ikhwanul Muslimin berpawai di sejumlah kota besar untuk mengecam penggulingan pemimpin tersebut oleh militer pada 3 Juli. Yaitu, ketika ribuan orang memperingati perang Arab-Israel pada 1973.
Di Kairo, polisi menembakkan senapan dan gas air mata untuk membubarkan pemrotes pelempar batu. Koresponden AFP melihat polisi menangkap dan memukuli sejumlah demonstran.
Bentrokan juga meletus di sejumlah daerah di ibu kota Mesir tersebut. Serta di Iskandaria, Suez dan Delga di wilayah tengah. Jumat, empat orang tewas di Kairo ketika pendukung Mursi bentrok dengan penentang mereka dan pasukan keamanan.
Khaled al-Khatib, kepala pelayanan darurat Mesir mengatakan, 40 orang juga cedera dalam bentrokan yang meletus setelah shalat Jumat di ibu kota Mesir tersebut dan daerah-daerah lain di negara itu.
Kairo dilanda bentrokan sengit yang umumnya terjadi di sekitar Lapangan Tahrir, pusat pemberontakan 2011 yang menggulingkan Presiden Husni Mubarak. Militan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan setelah militer menggulingkan Presiden Mesir Muhammad Mursi.
Militan garis keras yang diyakini terkait dengan Al Qaida memiliki pangkalan di kawasan gurun Sinai yang berpenduduk jarang, kadang bekerja sama dengan penyelundup lokal Badui dan pejuang Palestina dari Gaza.
Sumber-sumber militer memperkirakan, terdapat sekitar seribu militan bersenjata di Sinai. Banyak dari mereka orang suku Badui, yang terpecah ke dalam sejumlah kelompok dengan ideologi berbeda atau loyalitas suku.