Senin 07 Oct 2013 13:01 WIB

Wartawan Hong Kong 'Ditendang' dari Arena KTT APEC

Personel Kopassus berjaga di sekitar area pelaksanaan KTT APEC 2013 di Nusa Dua, Bali, Jumat (4/10).
Foto: ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo
Personel Kopassus berjaga di sekitar area pelaksanaan KTT APEC 2013 di Nusa Dua, Bali, Jumat (4/10).

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Tuan rumah APEC 2013 Indonesia, Senin, membantah melumpuhkan kebebasan pers setelah menarik izin beberapa wartawan Hong Kong untuk meliput karena meneriakkan pertanyaan kepada Pemimpin Filipina, dan menegaskan bahwa mereka menjadi ancaman keamanan.

Meskipun terjadi protes oleh kelompok wartawan utama Hong Kong, juru bicara Presiden Benigno Aquino mengatakan bahwa para wartawan tersebut "melewati batas" dengan bertanya secara agresif tentang pengepungan sandera di Manila yang menewaskan delapan warga Hong Kong pada 2010.

"Kami anggap tindakan seperti itu tidak pantas bagi media, karena mereka tidak berbicara dengan normal tetapi mereka sangat demonstratif, seperti mereka sedang memprotes," kata pejabat Kementerian Komunikasi dan Informatika Gatot Dewa Broto yang bertanggung jawab di media center APEC Bali.

"Jadi, kami melakukan ini karena masalah keamanan," katanya, yang menambahkan bahwa lencana pers empat wartawan Hong Kong tersebut telah dinonaktifkan.

Menurutnya, mereka bebas untuk tetap berada di Bali, tapi tidak bisa lagi mengakses media center atau tempat yang digunakan untuk pertemuan puncak forum Kerja sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).

Media Hong Kong mengatakan sedikitnya sembilan orang, termasuk wartawan dan teknisi, terkena dampak dari Now TV, dan radio komersil RTHK.

Ketika Aquino memasuki pertemuan para pemimpin bisnis APEC, Minggu, para wartawan menuntut untuk mengetahui apakah dia akan bertemu Pemimpin Hong Kong Leung Chun-ying di Bali dan meminta maaf kepada keluarga korban krisis penyanderaan.

Tayangan Now televisi memperlihatkan wartawan berteriak "Anda mengabaikan orang-orang Hong Kong, kan?" dan "Apakah Anda bertemu CY Leung" mereka mencoba mengajukan mikrofon mereka kepada rombongan Aquino.

Aquino tidak menjawab pertanyaan, dan staf APEC kemudian turun tangan untuk menegur wartawan dengan menuduh wartawan tersebut "menyergap salah satu pengunjung kami", Now TV menunjukkan.

Sham Yee-lan, ketua Asosiasi Wartawan Hong Kong mengatakan pemerintah Aquino "belum memberikan penjelasan yang memuaskan" mengapa delapan warga Hong Kong meninggal dalam penyelamatan polisi dan menambahkan bahwa para wartawan di Bali hanya melaksanakan tugas mereka.

"Membatasi media untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan kritis adalah pelanggaran langsung dari kebebasan pers yang benar-benar tidak dapat diterima," katanya dalam sebuah pernyataan.

Namun, juru bicara Aquino Ricky Carandang mengatakan wartawan tersebut melewati batas etis.

"Sebagai mantan wartawan, saya tahu bagaimana pertanyaan agresif," kata Ricky di Bali.

"Perilaku wartawan ini melewati garis dari sekedar pertanyaan mengejek, dan bahkan ditafsirkan oleh aparat keamanan Indonesia yang ditugaskan presiden sebagai potensi ancaman fisik kepadanya," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement