REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALLEM -- Palestina mesti "mengakui Israel sebagai negara Yahudi" sebagai salah satu syarat utama mencapai perdamaian, demikian Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Ahad (6/10).
"Palestina harus menghentikan penolakannya mengakui hak masyarakat Yahudi mempunyai negara bangsa sendiri," katanya dalam pidato di Universitas Bar Ilan, dekat Tel Aviv.
Pengakuan tersebut kata Netanyahu "adalah syarat untuk mencapai persetujuan dalam fase akhir perundingan, dan bukan untuk memulai perundingan."
Perundingan perdamaian antara Israel dan Palestina dimulai kembali pada Juli lalu di bawah inisiasi dari Amerika Serikat setelah sempat tiga tahun terhenti.
Perundingan langsung, yang diadakan di Israel dan Tepi Barat, direncanakan akan berlangsung selama sembilan bulan. Sampai saat ini belum terdapat hasil konkrit dari perundingan tersebut.
"Akar dari konflik ini adalah negara Yahudi," kata Netanyahu. Ia juga menambahkan bahwa aneksasi lahan perumahan di Tepi Barat bukan merupakan penyebab konfrontasi dengan Palestina.
"Apakah anda siap untuk mengakui negara Yahudi, sebuah negara bangsa untuk orang-orang beragama Yahudi?" tanya dia mengarah kepada pemimpin-pemimpin Palestina. Netanyahu kemudian menjawab pertanyaannya sendiri dengan mengatakan "tidak".
"Sepanjang Palestina tidak mengakui hak ini, maka tidak akan ada perdamaian yang nyata," kata Netanyahu memeringatkan para pendengar di auditorium Bar Ilan.