Selasa 08 Oct 2013 17:15 WIB

Militer Mesir Jadi Target Kelompok Tak Dikenal

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Dewi Mardiani
Kerusuhan di Mesir
Foto: Google
Kerusuhan di Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Serangan terhadap pasukan keamanan mulai marak di Mesir. Setidaknya tujuh anggota militer tewas diberondong peluru kelompok tidak dikenal di sebagian wilayah Negeri Piramida itu pada senin (7/10). Serangan tersebut menyusul bentrokan parah yang menewaskan 53 orang di banyak kota, Ahad (6/10).

Aljazeera melansir, serangan terhadap militer paling parah terjadi di Terusan Suez. Tiga pasukan keamanan terkapar setelah pasukan bertopeng menyerang sebuah patroli. Selanjutnya, di hari yang sama, tiga militer jadi korban pengeboman bunuh diri di sebuah posko militer di Sinai, tepatnya di Kota el-Tor. Kejadian di wilayah perbatasan itu juga melukai 55 penduduk sipil.

Menteri Luar Negeri Mohammed Ibrahim mengatakan, mereka yang tewas termasuk di antaranya seorang perwira militer. Selain menewaskan tentara, serangan di dua tempat itu juga menewaskan tiga warga sipil. Ibrahim yakin serangan itu adalah terencana. Namun pejabat sementara ini tidak mengarah pada pelaku serangan. ''Serangan-serangan ini hanya untuk mengalihkan perhatian dan membuat ketidakstabilan,'' kata dia, Selasa (8/10).

Selain serangan di kota-kota terluar Mesir, serangan juga terjadi di pinggiran Ibu Kota Kairo. Masih menurut Aljazeera, kelompok tidak dikenal pun menyerang stasiun satelit di Kota Maadi. Di kota tersebut, pernah terjadi upaya pembunuhan terhadap Ibrahim.

Pascakudeta militer terhadap Presiden Muhammad Mursi, 3 Juli lalu rentetan aksi kekerasan di Mesir meningkat. Ribuan orang tewas, termasuk militer, hanya dalam waktu tidak sampai setengah tahun. Terparah terjadi 14 Agustus, ketika para pendukung Ikhwanul Muslim (IM) dan partisipan Mursi melakukan aksi duduk damai di Alun-alun Rabaa al-Adawiyah. Aksi berdarah itu dibubarkan paksa oleh militer dan menewaskan hampir dua ribu orang.

Kerusuhan terus berlanjut di Alun-alun Ramses, di Kota Nashr setelahnya. Terakhir, kerusuhan pun kembali terjadi saat Ahad (6/10) setelah masyarakat sipil merayakan 40 tahun kemenangan militer Mesir dalam Perang Yon Kippur 1973. Tidak kurang dari 53 masyarakat sipil tewas dalam aksi tersebut.

Sekjen PBB, Ban Ki-moon, mengutuk aksi yang terus membara di Negeri Piramida itu. Lewat juru bicaranya, dia mengatakan, tidak ingin melihat kegagalan bernegara di Mesir. Dia mendesak agar pemerintahan sementara dapat memegang prinsip-prinsip kedaulatan rakyat dalam pemerintahan yang baru.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement