REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekitar 100 ahli internasional akan memerlukan waktu satu tahun di Suriah untuk menghancurkan senjata-senjata kimia Suriah dalam satu misi berbahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya.
''Para pakar akan berusaha melakukan satu operasi yang sangat sulit yang belum pernah dilakukan sebelumnya," kata Sekjen PBB Ban Ki-moon, dalam satu laporan kepada Dewan Keamanan PBB yang diperoleh AFP.
Ban menyoroti ancaman pada para pakar dan warga sipil Suriah dari sekitar 1.000 ton sarin, gas mostar dan zat-zat kimia dalam senjata itu yang akan dipindahkan saat pertempuran setiap hari masih terus berkobar antara pasukan pasukan Bashar Al Assad dan pemberontak oposisi.
"Misi gabungan itu diperkirakan mendukung, memantau dan memverifikasi penghancuran program senjata-senjata kimia yang rumit dan melibatkan banyak lokasi yang tersebar di negara yang sedang dilanda konflik itu," kata Ban.
Para ahli harus bekerja dalam kondisi berbahaya dan rawan terutama di daerah-daerah perkotaan seperti Damaskus, Homs dan Aleppo, kata Sekjen PBB itu.
"Serangan-serangan artileri berat, udara, mortir dan penembakan serampangan di daerah-daerah sipil biasa terjadi,'' katanya. ''Medan tempur berpindah dengan cepat."
Dua peluru mortir mendarat dekat hotel Damaskus di mana tim akan gunakan persis sebelum mereka tiba. Ban menambahkan bahwa bom-bom pinggir jalan meledak dekat para pemeriksa.
Satu missi gabungan PBB dan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) akan mengawasi pemusnahan senjata-senjata kimia pemerintah Presiden Bashar al-Assad sesuai dengan satu resolusi Dewan Keamanan PBB yang disetujui pada 27 September.
Rencana pemusnahan senjata kimia itu akan dilakukan pada pertengahan tahun 2014 itu disetujui oleh para eksekutif OPCW dan Dewan Keamanan. Satu tim kecil para ahli telah berada di Suriah untuk menghancurkan fasilitas-fasilitas produksi senjata itu.