REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Korban protes belum lama ini di Ibu Kota Sudan, Khartoum, sejak 23 September antara 60 dan 70, kata seorang pejabat pemerintah pada Selasa (8/10).
"Jumlah orang yang tewas selama demonstrasi baru-baru ini berkisar antara 60 dan 70. Jumlah itu sudah dikonfirmasi setelah Kementerian Kesehatan mendaftarkan kasus korban jiwa yang tak terdaftar di rumah sakit dan kamar mayat," kata Abdul-Rahman Al-Khader, Gubernur Negara Bagian Khartoum, di dalam taklimat kepada para pemimpin partai politik Sudan, seperti dilansir dari Xinhua, Rabu (9/10).
Ia mengatakan penyelidikan lebih lanjut sedang dilakukan untuk memastikan rakyat terlibat dalam berbagai peristiwa. Ia kembali mengatakan dinas keamanan tidak bertanggung-jawab atas kematian pemrotes. Ia juga menyatakan, semua bukti menunjukkan keterlibatan gerakan bersenjata yang bukan penandatangan kesepakatan perdamaian, termasuk Front Revolusioner dan beberapa partai sayap kiri.
Pejabat tersebut menambahkan demonstrasi di Khartoum diselenggarakan dan diatur oleh kelompok tertentu, sebab kegiatan itu ditujukan ke lokasi tertentu seperti kantor polisi, stasiun pompa bensin dan angkutan dalam upaya merusaknya.
Pada 23 September, protes meletus di Khartoum dan kota besar lain tak lama setelah Pemerintah Sudan mengumumkan kenaikan harga bahan bakar sebagai bagian dari pembaruan ekonomi yang bertujuan menghidupkan kembali ekonomi negeri tersebut.
Organisasi hukum internasional sebelumnya mengatakan semua korban protes Sudan berjumlah lebih dari 200, tapi Khartoum menganggap jumlah itu dilebih-lebihkan.