Selasa 15 Oct 2013 11:49 WIB

Ongkos Mahal, Pelajar Internasional di Melbourne Tuntut Bus Khusus

Red:
Pelajar asing di Australia
Pelajar asing di Australia

MELBOURNE -- Dewan Kota Melbourne mendukung tuntutan pengadaan angkutan umum khusus bagi pelajar internasional yang menyedot biaya tinggi bagi banyak pelajar internasional di Victoria.

Selama lebih dari satu dekade, berbagai kelompok pelajar internasional di Melbourne mengkampanyekan pengadaan transportasi umum bagi sekitar 30 ribu pelajar internasional yang tinggal di Melbourne dan sekitarnya.

Namun tuntutan mereka ini gagal menarik dukungan pemerintah negara Bagian, meskipun fakta menunjukan Victoria merupakan satu-satunya negara bagian yang belum menyediakan konsesi yang akan sangat efektif mengurangi biaya angkutan umum bagi pelajar Internasional.

Kampanye itu akhirnya berhasil mendapat dukungan massif, Dewan Kota Melbourne akhirnya menyelenggarakan perhitungan suara secara terbuka untuk mendesak Menteri Transportasi Victoria, Terry Mulder,  mengubah aturan tersebut.

Anggota Dewan Kota Melbourne, Jackie Watts  mengatakan Dewan Kota akan melakukan pertemuan resmi dengan Menteri Transportasi untuk mendesak intervensinya terhadap tuntutan ini.

"Menurut saya sangat tidak adil, sebagai pelajar internasional yang berbagi hidup di Kota Melbourne jika tidak diijinkan mendapat  layanan yang diterima oleh pelajar lain,” katanya.

Survey Pelajar Internasional di Kota Melbourne  tahun 2010 mengungkapkan 68% responden menilai biaya angkutan umum merupakan sektor yang paling perlu untuk diperbaiki aturannya.

Presiden Dewan Pelajar Internasional Australia, Thomson Ch'ng mengapresiasi dukungan dari dewan Kota Melbourne dengan mengatakan adanya kebijakan resmi yang mendukung kesejahteraan pelajar internasional sangat ditunggu-tunggu.

Sektor pendidikan internasional menjadi salah satu penopang ekonomi Australia, diperkirakan setiap tahun Australia meraup pendapatan sebesar $AU15 milyar  dari sektor ini.

Menurut Survey Universitas Australia tahun 2013, angkutan umum menjadi pengeluaran terbesar keempat bagi pelajar Internasional, setelah makanan, pengadaan kebutuhan sehari-hari, biaya pendidikan dan sewa rumah.

Rata-rata setiap tahun pelajar internasional di Australia menghabiskan sekitar $2304 untuk ongkos transportasi.

Tanpa pengadaan angkutan khusus pelajar Internasional angka ini sedikit lebih tinggi di Melbourne terutama yang menimba ilmu di sejumlah lokasi tertentu.

Steven Jingga, pelajar di Universitas Swinburne mengaku ia harus bepergian cukup jauh untuk mencapai universitasnya yang terletak di kawasan mahal di Timur Melbourne.

"Saya harus mencari rumah tinggal  yang sedikit jauh dari universitas agar harga sewanya lebih murah, karena itu saya  mengorbankan akomodasi meski waktu tempuh ke universitas menjadi lebih lama dan jauh,” katanya.

Steven Jingga juga terpaksa untuk mencari pekerjaan tambahan, terutama pada semester awal agar bisa membeli buku dan barang-barang lain yang menurutnya sangat menyedot biaya besar.

Karena tingginya biaya hidup di Melbourne, pelajar internasional banyak yang harus berjuang untuk hidup dan bersekolah.

Pelatih di Badan Amal Salvation Army, Peter Hichaaba, mengatakan banyak pelajar yang datang ke lembaganya untuk mendapatkan makanan gratis karena mereka tidak mampu membeli makanan, untuk sarapan, makan siang dan makan malam.

"Jadi pada sore hari mereka datang ke tempat kami, dan akhirnya bisa makan gratis, dan jumlah pelajar yang datang selama jam-jam pelayanan belakang ini kami pantau terus semakin meningkat."

Kandidat PHD di RMIT dari Iran, Behrooz Ghabraie yang pernah bekerja sebagai pelatih di lembaga amal ini ketika masih kuliah di tingkat S-1 mengakui kondisi tersebut.

"Hampir separuh dari uang sewa tempat tinggal saya gunakan untuk ongkos transportasi pada waktu yang bersamaan," kisahnya.

"Makanan sangat mahal, tapi biaya makan bisa ditekan dengan datang ke tempat-tempat amal seperti ini, dan mereka bisa  membantu menyokong kebutuhan saya sebagai pelajar internasional di sini. Dan begitulah cara saya bisa bertahan ketika itu.”

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement