Senin 14 Oct 2013 09:30 WIB

Perundingan Perdamaian Kolombo-FARC Berakhir

Pasukan Revolusioner Bersenjata Kolombia (FARC).
Foto: AP
Pasukan Revolusioner Bersenjata Kolombia (FARC).

REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Pemerintah Kolombia dan pemberontak FARC mengakhiri babak negosiasi pada Minggu (13/10) waktu setempat.

Kedua pihak saling melontarkan tuduhan mengenai tidak adanya kemajuan setelah perundingan perdamaian berjalan selama 11 bulan.

Ketua perunding pemberontak, Ivan Marquez, menekankan bahwa bukan FARC yang membuat macet proses perdamaian.

"Pada akhir tahap pembicaraan ini, pemerintah seharusnya tegas mengenai kebenaran. Kami telah bekerja secara mendalam setiap hari," kata Ivan. "Tidak ada hari dimana kami tidak mengajukan usulan dan solusi."

Delegasi pemerintah tidak memberikan pernyataan pada Minggu. Namun, mereka sehari sebelumnya menuduh pemberontak menunda proses perdamaian.

Pemerintah menuding FARC membingungkan publik dengan usul-usul yang tidak memiliki kaitan dengan agenda pembicaraan.

Kedua pihak sejauh ini telah mencapai sebagian kesepakatan mengenai reformasi tanah dan saat ini merancang cara-cara bagi anggota FARC untuk memasuki sistem politik. Masalah-masalah lain yang diagendakan adalah perdagangan narkoba, ganti-rugi korban perang dan penyelesaian konflik.

Pemerintah Kolombia dan FARC memulai dialog di Oslo, ibu kota Norwegia, pada 18 Oktober 2012. Perundingan bertujuan mengakhiri konflik setengah abad yang telah menewaskan ratusan ribu orang.

Perundingan dilanjutkan di Havana, Kuba, sebulan kemudian. Kekerasan masih terus berlangsung meski upaya-upaya perdamaian dilakukan oleh kedua pihak.

FARC, kelompok gerilya kiri terbesar yang masih tersisa di Amerika Latin, diyakini memiliki sekitar 9.200 anggota di kawasan hutan dan pegunungan di Kolombia. Kelompok itu memerangi pemerintah Kolombia sejak 1964.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement