DAMASKUS -- Kaum ulama di Suriah mengeluarkan fatwa menghalalkan daging anjing, kucing, dan keledai di tengah meluasnya ancaman kelaparan yang mendera negara yang dilanda konflik berkepanjangan itu. Fatwa dikeluarkan menyusul beredarnya sejumlah video amatir yang menunjukkan anak-anak tak berdosa yang sedang mengalami kelaparan akut.
Pengumuman fatwa tersebut disampaikan di sebuah masjid di pinggiran Kota Damaskus yang dikuasai kelompok pemberontak. Daerah-daerah yang dikuasai pemberontak umumnya menghadapi serangan pasukan pemerintah secara reguler sehingga menyebabkan kondisi semakin memburuk.
Pemerintah Suriah juga berusaha memblokir pasokan makanan dan obat-obatan ke daerah yang dikuasai pemberontak.
Para ulama setempat menyatakan minta tolong kepada dunia karena jika kelaparan dan kekurangan gizi ini berlanjut, tidak mustahil penduduk akan mulai memakan mayat manusia.
Fatwa ini dikeluarkan bersamaan dengan Perayaan Hari Raya Idul Kurban, Selasa (15/10), dimana umat Islam mengorbankan daging untuk dibagikan kepada yang membutuhkan.
Dilaporkan , di beberapa bagian Damaskus anak-anak meninggal dunia karena kelaparan karena habisnya persediaan makanan dan tidak memadainya perawatan dokter.
Sejumlah video amatir menunjukkan bagaimana anak-anak sedang mengalami kelaparan akut. Salah satunya dialami anak bernama Ibrahim Khalil yang sedang terbaring tanpa daya. Kelopak matanya sudah tampak menghitam, tulang rusuknya semakin menonjol. Video lainnya menunjukkan gadis bersama dua saudaranya yang masih bayi mengemis minta susu. "Tidak ada jalan, semua jalan ditutup. Apa yang harus kami lakukan. Kami memberinya susu yang sudah lama basi," kata gadis itu.
Bagi sebagian penduduk, bahan makanan sudah tiba awal pekan ini ketika Palang Merah Internasional dan Palang Merah Suriah mengevakuasi 3.500 warga dari Moadimayet al-Sham atas persetujuan pemerintah. Namun hanya anak-anak, perempuan dan orangtua yang diperbolehkan meninggalkan kota.
Di Kota Moadamiyet al-Sham itu, penduduknya masih bertahan dengan cara menanam sayuran. "Kami sudah kehabisan stok makanan, jadi setiap orang menanam sayur-sayuran di lapangan atau di pinggir jalan," kata Abu Hadi, seorang warga setempat.
Pemerintah menuding para pemberontak yang membuat penduduk sipil terjebak seperti itu. Sebaliknya, pemberontak mengatakan tentara pemerintahlah yang bersalah atas kondisi kelaparan ini.