REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Sekelompok ulama Suriah mengeluarkan fatwa kontroversial. Mereka mengizinkan warga yang tinggal di pinggiran kota Damaskus untuk memakan daging anjing.
Dalam sebuah video, dikutip dari BBC, ulama itu mengatakan masyarakat bisa memakan kucing, anjing dan kera untuk menghilangkan rasa lapar. Namun ulama terpaksa mengeluarkan fatwa karena rakyat di Muadhamiya kelaparan. Wilayah itu memang dikuasai pihak Oposisi sehingga terkepung militer Suriah.
Lembaga bantuan kemanusiaan meminta pemerintah mengizinkan suplai makanan masuk ke daerah itu. Karena banyak warga sipil yang terperangkap di dalamnya. Namun ratusan warga bisa melarikan diri dari wilayah itu pekan ini. Karena kedua belah pihak melakukan gencatan senjata.
Sepatutnya di kala muslim seluruh dunia merayakan Idul Adha, warga Suriah menikmati makanan yang melimpah. Akan tetapi justru ulama di sekitaran Ghouta memerintahkan warga memakan daging yang diharamkan dalam Islam.
Sang ulama meminta bantuan kepada seluruh masyarakat internasional. Karena saat ini situasi di wilayah itu sangat parah. Bahkan bukan tak mungkin warga akan memakan mereka yang sudah meninggal.
Ini bukan pertama kalinya ulama Suriah merilis fatwa kontroversial. Beberapa kali ulama mengeluarkan fatwa serupa ketika terjadi perang di Homs dan Aleppo.
Lembaga bantuan kemanusiaan mengatakan prioritas utama seharusnya menyalurkan makanan di wilayah yang sedang dilanda perang. Prioritas ini harus disamakan dengan program pelucutan senjata pemusnah massal di Suriah.
Direktur Jenderal Medecins Sans Frontieres (MSF), Christopher Stokes, menggambarkan situasi ini sangat absurd. Karena ketika tim inspektur senjata kimia bisa bebas ke wilayah yang kritis, justru konvoi bantuan dihentikan.
Ratusan orang tewas pada tanggal 21 Agustus akibat roket yang berisi gas saraf jatuh ke wilayah Zamalka, Ein Tarma dan Muadhamiya. Tim inspektur tak menyebutkan siapa yang bertanggung jawab. Akan tetapi pemerintah dan oposisi saling menyalahkan atas tragedi itu.