Kamis 17 Oct 2013 11:18 WIB

Putri Kennedy Jadi Dubes AS untuk Jepang

Bendera AS
Bendera AS

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Senat Amerika Serikat pada Rabu memberi persetujuan bagi Caroline Kennedy, satu-satunya keturunan yang tersisa dari mendiang Presiden John F. Kennedy.  Ia sebelum ini menjadi pendukung Presiden Barack Obama, untuk menjadi Duta Besar AS di Jepang.

Dalam hari yang melelahkan dengan pemungutan suara pada Kongres AS, Senat memberikan suara bagi Caroline Kennedy dan 22 calon lain yang tidak disebut nama mereka.

Caoline Kennedy, yang belum genap berusia 6 tahun saat ayahnya terbunuh 50 tahun yang lalu (bulan depan), akan melangkah menjalankan peran bagi masyarakat dalam masa dewasa, setelah ia lebih banyak malu dan menjauh dari profesi keluarganya di bidang politik.

Nyaris tidak ada yang menentang konfirmasi terhadapnya dalam dengar pendapat bulan lalu di hadapan Komite Hubungan Luar Negeri Senat, saat ia membacakan dengan baik garis-garis besar haluan kebijakan pemerintah AS terhadap Jepang dan menunjukkan semangatnya memelihara hubungan dengan sekutu lama.

Dalam dengar pendapat itu ia mengatakan bahwa ayahnya, yang terluka parah oleh serangan kapal perusak Jepang dalam Perang Dunia II, berharap untuk membalas kunjungan kenegaraan AS yang pertama kali ke Tokyo.

Pembunuhan itu membuat AS belum bisa melakukan kunjungan kenegaraan hingga tahun 1974, yang dilakukan oleh presiden Gerald Ford.

"Dengan rendah hati saya akan membawa warisannya dalam langkah kecil dan mewakili ikatan erat yang menyatukan kedua masyarakat demokratis," ujar Caroline di hadapan komite.

Caroline mengatakan juga bahwa ia berharap untuk mengedepankan perannya sebagai perempuan dubes yang pertama di Jepang, negara yang masih berada di urutan bawah di antara negara maju dalam memberdayakan perempuan dalam politik dan usaha.

Pencalonan Caoline Kennedy telah mendapat sanjungan di Jepang, meskipun para pengamat senior di AS mencemaskan penempatan diplomat baru di Tokyo pada masa-masa ketegangan yang meningkat dalam hubungan sekutu AS itu dengan China.

Setelah kedua orang tua dan saudara laki-lakinya meninggal, Caroline menjadi pemenang untuk meneruskan citra keluarga di bidang politik, meskipun secara umum ia lebih menyukai menjauh dari sorotan.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement